Jumat, 25 Desember 2009
Pernyataan Ulama Ahlussunnah Tentang Kekufuran Orang Yang Menetapkan Tempat Bagi Allah
• Al-Imâm al-Mujtahid Abu Hanifah an-Nu’man ibn Tsabit al-Kufi (w 150 H), Imam agung perintis madzhab Hanafi, dalam salah satu karyanya berjudul al-Fiqh al-Absath menuliskan bahwa orang yang berkeyakinan Allah berada di langit telah menjadi kafir. Al-Imâm Abu Hanifah menuliskan sebagai berikut:
“Barangsiapa berkata: “Saya tidak tahu Tuhanku (Allah) apakah ia berada di langit atau berada di bumi?!”, maka orang ini telah menjadi kafir. Demikian pula telah menjadi kafir orang yang berkata: “Allah berada di atas arsy, dan saya tidak tahu apakah arsy berada di langit atau berada di bumi?!” (al-Fiqh al-Absath, h. 12 (Lihat dalam kumpulan risalah al-Imâm Abu Hanifah yang di-tahqiq oleh al-Muhaddits Muhammad Zahid al-Kautsari).
• Pernyataan al-Imâm Abu Hanifah di atas lalu dijelaskan oleh al-Imâm asy-Syaikh al-Izz ibn Abd as-Salam (w 660 H) dalam karyanya berjudul Hall ar-Rumuz sekaligus disepakatinya bahwa orang yang berkata demikian itu telah menjadi kafir, adalah karena orang tersebut telah menetapkan tempat bagi Allah. Al-Imâm al-Izz ibn Abd as-Salam menuliskan:
“Hal itu menjadikan dia kafir karena perkataan demikian memberikan pemahaman bahwa Allah memiliki tempat, dan barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah memiliki tempat maka dia adalah seorang Musyabbih (Seorang kafir yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya)” (Dikutip oleh asy-Syaikh Mulla Ali al-Qari dalam kitab Syrah al-Fiqh al-Akbar, h. 198).
• Pemahaman pernyataan al-Imâm Abu Hanifah di atas sebagaimana telah dijelaskan oleh al-Imâm al-Izz ibn Abd as-Salam telah dikutip pula oleh asy-Syaikh Mulla Ali al-Qari’ (w 1014 H) dalam karyanya Syarh al-Fiqh al-Akbar sekaligus disetujuinya. Tentang hal ini beliau menuliskan sebagai berikut:
“Tidak diragukan lagi kebenaran apa yang telah dinyatakan oleh al-Izz Ibn Abd as-Salam --dalam memahami maksud perkataan al-Imâm Abu Hanifah--, beliau adalah ulama terkemuka dan sangat terpercaya. Dengan demikian wajib berpegang teguh dengan apa yang telah beliau nyatakan ini” (Syarh al-Fiqh al-Akbar, h. 198).
• Al-Imâm al-Hâfizh al-Faqîh Abu Ja’far ath-Thahawi (w 321 H) dalam risalah akidahnya; al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah, yang sangat terkenal sebagai risalah akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, menuliskan sebagai berikut: “Barangsiapa mensifati Allah dengan satu sifat saja dari sifat-sifat manusia maka orang ini telah menjadi kafir” (Lihat matan al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah).
• Salah seorang sufi terkemuka, al-‘Arif Billah al-Imâm Abu al-Qasim al-Qusyairi (w 465 H) dalam karya fenomenalnya berjudul ar-Risalah al-Qusyairiyyah menuliskan sebagai berikut:
“Aku telah mendengar al-Imâm Abu Bakr ibn Furak berkata: Aku telah mendengar Abu Utsman al-Maghribi berkata: Dahulu aku pernah berkeyakinan sedikit tentang adanya arah bagi Allah, namun ketika aku masuk ke kota Baghdad keyakinan itu telah hilang dari hatiku. Lalu aku menulis surat kepada teman-temanku yang berada di Mekah, aku katakan kepada mereka bahwa aku sekarang telah memperbaharui Islamku” (ar-Risalah al-Qusyairiyyah, h. 5).
• Teolog terkemuka di kalangan Ahlussunnah al-Imâm Abu al-Mu’ain Maimun ibn Muhammad an-Nasafi al-Hanafi (w 508 H) dalam kitab Tabshirah al-Adillah menuliskan sebagai berikut:
“Allah telah menafikan keserupaan antara Dia sendiri dengan segala apapun dari makhluk-Nya. Dengan demikian pendapat yang menetapkan adanya tempat bagi Allah adalah pendapat yang telah menentang ayat muhkam; yaitu firman-Nya: “Laysa Kamitslihi Syai’” (QS. asy-Syura: 11). Ayat ini sangat jelas pemaknaannya dan tidak dimungkinkan memiliki pemahaman lain (takwil). Dan barangsiapa menentang ayat-ayat al-Qur’an maka ia telah menjadi kafir. Semoga Allah memelihara kita dari kekufuran” (Tabshirah al-Adillah Fi Ushuliddin, j. 1, h. 169).
• Asy-Syaikh al-‘Allâmah Zainuddin Ibn Nujaim al-Hanafi (w 970 H) dalam karyanya berjudul al-Bahr ar-Ra-iq Syarh Kanz ad-Daqa-iq berkata:
“Seseorang menjadi kafir karena berkeyakinan adanya tempat bagi Allah. Adapun jika ia berkata “Allah Fi as-Sama’” untuk tujuan meriwayatkan apa yang secara zhahir terdapat dalam beberapa hadits maka ia tidak kafir. Namun bila ia berkata demikian untuk tujuan menetapkan tempat bagi Allah maka ia telah menjadi kafir” (al-Bahr ar-Ra-iq Syarh Kanz ad-Daqa-iq, j. 5, h. 129).
• Asy-Syaikh al-‘Allâmah Syihabuddin Ahmad ibn Muhammad al-Mishri asy-Syafi’i al-Asy’ari (w 974 H) yang lebih dikenal dengan nama Ibn Hajar al-Haitami dalam karyanya berjudul al-Minhaj al-Qawim ‘Ala al-Muqaddimah al-Hadlramiyyah menuliskan sebagai berikut:
“Ketahuilah bahwa al-Qarafi dan lainnya telah meriwayatkan dari al-Imâm asy-Syafi’i, al-Imâm Malik, al-Imâm Ahmad dan al-Imâm Abu Hanifah bahwa mereka semua sepakat mengatakan bahwa orang yang menetapkan arah bagi Allah dan mengatakan bahwa Allah adalah benda maka orang tersebut telah menjadi kafir. Mereka semua (para Imam madzhab) tersebut telah benar-benar menyatakan demikian” (al-Minhaj al-Qawim ‘Ala al-Muqaddimah al-Hadlramiyyah, h. 224).
• Dalam kitab Syarh al-Fiqh al-Akbar yang telah disebutkan di atas, asy-Syaikh Ali Mulla al-Qari menuliskan sebagai berikut: “Maka barangsiapa yang berbuat zhalim dengan melakukan kedustaan kepada Allah dan mengaku dengan pengakuan-pengakuan yang berisikan penetapan tempat bagi-Nya, atau menetapkan bentuk, atau menetapkan arah; seperti arah depan atau lainnnaya, atau menetapkan jarak, atau semisal ini semua, maka orang tersebut secara pasti telah menjadi kafir” (Syarh al-Fiqh al-Akbar, h. 215).
Masih dalam kitab yang sama, Syaikh Ali Mulla al-Qari juga menuliskan sebagai berikut:
“Barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah tidak mengetahui segala sesuatu sebelum kejadiannya maka orang ini benar-benar telah menjadi kafir, sekalipun orang yang berkata semacam ini dianggap ahli bid’ah saja. Demikian pula orang yang berkata bahwa Allah adalah benda yang memiliki tempat, atau bahwa Allah terikat oleh waktu, atau semacam itu, maka orang ini telah menjadi kafir, karena tidak benar keyakinan iman yang ada pada dirinya” (Syarh al-Fiqh al-Akbar, h. 271-272).
Dalam kitab karya beliau lainnya berjudul Mirqat al-Mafatih Syarh Misykat al-Mashabih, Syaikh Ali Mulla al-Qari’ menuliskan sebagai berikut:
“Bahkan mereka semua --ulama Salaf-- dan ulama Khalaf telah menyatakan bahwa orang yang menetapkan adanya arah bagi Allah maka orang ini telah menjadi kafir, sebagaimana hal ini telah dinyatakan oleh al-Iraqi. Beliau (al-Iraqi) berkata: Klaim kafir terhadap orang yang telah menetapkan arah bagi Allah tersebut adalah pernyataan al-Imâm Abu Hanifah, al-Imâm Malik, al-Imâm asy-Syafi’i, al-Imâm al-Asy’ari dan al-Imâm al-Baqillani” (Mirqat al-Mafatih Syarh Misykat al-Mashabih, j. 3, h. 300).
• Asy-Syaikh al-‘Allâmah Kamaluddin al-Bayyadli al-Hanafi (w 1098 H) dalam karyanya berjudul Isyarat al-Maram Min ‘Ibarat al-Imâm, sebuah kitab akidah dalam menjelaskan perkataan-perkataan al-Imâm Abu Hanifah, menuliskan sebagai berikut:
“Beliau (al-Imâm Abu Hanifah) berkata: “Barangsiapa berkata: Saya tidak tahu apakah Allah berada di langit atau berada di bumi maka orang ini telah menjadi kafir”. Hal ini karena orang yang berkata demikian telah menetapkan tempat dan arah bagi Allah. Dan setiap sesuatu yang memiliki tempat dan arah maka secara pasti ia adalah sesuatu yang baharu --yang membutuhkan kepada yang menjadikannya pada tempat dan arah tersebut--. Pernyataan semacam itu jelas merupakan cacian bagi Allah. Beliau (al-Imâm Abu Hanifah) berkata: “Demikian pula menjadi kafir orang yang berkata: “Allah berada di atas arsy, namun saya tidak tahu arsy, apakah berada di langit atau berada di bumi”. Hal ini karena orang tersebut telah menetapkan adanya tempat bagi Allah, menetapkan arah, juga menetapkan sesuatu yang nyata-nyata sebagai kekurangan bagi Allah, terlebih orang yang mengatakan bahwa Allah berada di arah atas, atau menfikan keagungan-Nya, atau menafikan Dzat Allah yang suci dari arah dan tempat, atau mengatakan bahwa Allah menyerupai makhluk-Nya. Dalam hal ini terdapat beberapa poin penting:
Pertama: Orang yang berkeyakinan bahwa Allah adalah bentuk yang memiliki arah maka orang ini sama saja dengan mengingkari segala sesuatu yang ada kecuali segala sesuatu tersebut dapat diisyarat -dengan arah- secara indrawi. Dengan demikian orang ini sama saja dengan mengingkari Dzat Allah yang maha suci dari menyerupai makhluk-Nya. Oleh karena itu orang semacam ini secara pasti adalah seorang yang telah kafir. Inilah yang diisyaratkan oleh al-Imâm Abu Hanifah dalam perkataannya di atas.
Kedua: Pengkafiran terhadap orang yang menetapkan adanya keserupaan dan tempat bagi Allah. Inilah yang diisyaratkan oleh al-Imâm Abu Hanifah dalam perkataannya di atas, dan ini berlaku umum. -Artimya yang menetapkan keserupaan dan tempat apapun bagi Allah maka ia telah menjadi kafir-. Dan ini pula yang telah dipilih oleh al-Imâm al-Asy’ari, sebagaimana dalam kitab an-Nawzdir ia (al-Imâm al-Asy’ari) berkata: “Barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah benda maka orang ini tidak mengenal Tuhannya dan ia telah kafir kepada-Nya”. Sebagaimana hal ini juga dijelaskan dalam kitab Syarh al-Irsyad karya Abu al-Qasim al-Anshari” (Isyarat al-Maram Min ‘Ibarat al-Imâm, h. 200).
• Asy-Syaikh al-‘Allâmah Abd al-Ghani an-Nabulsi al-Hanafi (w 1143 H) dalam karyanya berjudul Fath ar-Rabbani Wa al-Faydl ar-Rahmani menuliskan sebagai berikut:
“Kufur dalam tinjauan syari’at terbagi kepada tiga bagian. Segala macam bentuk kekufuran kembali kepada tiga macam kufur ini, yaitu at-Tasybîh (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya), at-Ta’thil (menafikan Allah atau sifat-sifat-Nya), dan at-Takdzib (mendustakan). Adapun at-Tasybîh adalah keyakinan bahwa Allah menyerupai makhluk-Nya, seperti mereka yang berkeyakinan bahwa Allah adalah benda yang duduk di atas arsy, atau yang berkeyakinan bahwa Allah memiliki dua tangan dalam pengertian anggota badan, atau bahwa Allah berbentuk seperti si fulan atau memiliki sifat seperti sifat-sifat si fulan, atau bahwa Allah adalah sinar yang dapat dibayangkan dalam akal, atau bahwa Allah berada di langit, atau barada pada semua arah yang enam atau pada suatu tempat atau arah tertentu dari arah-arah tersebut, atau bahwa Allah berada pada semua tempat, atau bahwa Dia memenuhi langit dan bumi, atau bahwa Allah berada di dalam suatu benda atau dalam seluruh benda, atau berkeyakinan bahwa Allah menyatau dengan suatu benda atau semua benda, atau berkeyakinan bahwa ada sesuatu yang terpisah dari Allah, semua keyakinan semacam ini adalah keyakinan kufur. Penyebab utamanya adalah karena kebodohan terhadap kewajiban yang telah dibebankan oleh syari’at atasnya” (al-Fath ar-Rabbani Wa al-Faidl ar-Rahmani, h. 124).
• Asy-Syaikh al-‘Allâmah Muhammad ibn Illaisy al-Maliki (w 1299 H) dalam menjelaskan perkara-perkara yang dapat menjatuhkan seseorang di dalam kekufuran menuliskan sebagai berikut:
“Contohnya seperti orang yang berkeyakinan bahwa Allah adalah benda atau berkayakinan bahwa Allah berada pada arah. Karena pernyataan semacam ini sama saja dengan menetapkan kebaharuan bagi Allah, dan menjadikan-Nya membutuhkan kepada yang menjadikan-Nya dalam kebaharuan tersebut” (Minah al-Jalil Syarh Mukhtashar Khalil, j. 9, h. 206).
• Al-‘Allâmah al-Muhaddits al-Faqîh asy-Syaikh Abu al-Mahasin Muhammad al-Qawuqji ath-Tharabulsi al-Hanafi (w 1305 H) dalam risalah akidah berjudul al-I’timad Fi al-I’tiqad menuliskan sebagai berikut: “Barangsiapa berkata:
“Saya tidak tahu apakah Allah berada di langit atau berada di bumi”; maka orang ini telah menjadi kafir. -Ini karena ia telah menetapkan tempat bagi Allah pada salah satu dari keduanya-” (al-I’timad Fi al-I’tiqad, h. 5).
• Dalam kitab al-Fatawa al-Hindiyyah, sebuah kitab yang memuat berbagai fatwa dari para ulama Ahlussunnah terkemuka di daratan India, tertulis sebagai berikut:
“Seseorang menjadi kafir karena menetapkan tempat bagi Allah. Jika ia berkata Allah Fi as-Sama’ untuk tujuan meriwayatkan lafazh zhahir dari beberapa berita (hadits) yang datang maka ia tidak menjadi kafir. Namun bila ia berkata demikian untuk tujuan menetapkan bahwa Allah berada di langit maka orang ini menjadi kafir” (al-Fatawa al-Hindiyyah, j. 2, h. 259).
• Asy-Syaikh Mahmud ibn Muhammad ibn Ahmad Khaththab as-Subki al-Mishri (w 1352 H) dalam kitab karyanya berjudul Ithaf al-Ka-inat Bi Bayan Madzhab as-Salaf Wa al-Khalaf Fi al-Mutasyâbihât, menuliskan sebagai berikut:
“Telah berkata kepadaku sebagian orang yang menginginkan penjelasan tentang dasar-dasar akidah agama dan ingin berpijak di atas para ulama Salaf dan ulama Khalaf dalam memahami teks-teks Mutasyâbihât, mereka berkata: Bagaimana pendapat para ulama terkemuka tentang hukum orang yang berkeyakinan bahwa Allah berada pada arah, atau bahwa Dia duduk satu tempat tertentu di atas arsy, lalu ia berkata: Ini adalah akidah salaf, kita harus berpegang teguh dengan keyakinan ini. Ia juga berkata: Barangsiapa tidak berkeyakinan Allah di atas arsy maka ia telah menjadi kafir. Ia mengambil dalil untuk itu dengan firman Allah: “ar-Rahman ‘Ala al-‘Arsy Istawa” (QS. Thaha: 5) dan firman-Nya: “A-amintum Man Fi as-Sama’ (QS. al-Mulk: 16). Orang yang berkeyakinan semacam ini benar atau batil? Dan jika keyakinannya tersebut batil, apakah seluruh amalannya juga batil, seperti shalat, puasa, dan lain sebagainya dari segala amalan-amalan keagamaan? Apakah pula menjadi tertolak pasangannya (suami atau istrinya)? Apakah jika ia mati dalam keyakinannya ini dan tidak bertaubat dari padanya, ia tidak dimandikan, tidak dishalatkan, dan tidak dimakamkan di pemakaman kaum muslimin? Kemudian seorang yang membenarkan keyakinan orang semacam itu, apakah ia juga telah menjadi kafir?
Jawaban yang aku tuliskan adalah sebagai berikut: Bismillah ar-Rahman ar-Rahim. Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Keyakinan semacam ini adalah keyakinan batil, dan hukum orang yang berkeyakinan demikian adalah kafir, sebagaimana hal ini telah menjadi Ijma’ (konsensus) ulama terkemuka. Dalil akal di atas itu adalah bahwa Allah maha Qadim; tidak memiliki permulaan, ada sebelum segala makhluk, dan bahwa Allah tidak menyerupai segala makhluk yang baharu tersebut (Mukhalafah Li al-Hawadits). Dan dalil tekstual di atas itu adalah firman Allah: “Laisa Kamitaslihi Syai’” (QS. asy-Syura: 11). Dengan demikian orang yang berkayakinan bahwa Allah berada pada suatu tempat, atau menempel dengannya, atau menempel dengan sesuatu dari makhluk-Nya seperti arsy, al-kursy, langit, bumi dan lainnya maka orang semacam ini secara pasti telah menjadi kafir. Dan seluruh amalannya menjadi sia-sia, baik dari shalat, puasa, haji dan lainnya. Demikian pula pasangannya (suami atau istrinya) menjadi tertolak. Ia wajib segera bertaubat dengan masuk Islam kembali -dan melepaskan keyakinannnya tersebut-. Jika ia mati dalam keyakinannya ini maka ia tidak boleh dimandikan, tidak dishalatkan, dan tidak dimakamkan dipemakaman kaum muslimin. Termasuk menjadi kafir dalam hal ini adalah orang yang membenarkan keyakinan tersebut. -Semoga Allah memelihara kita dari pada itu semua-. Adapun pernyataannya bahwa setiap orang wajib berkeyakinan semacam ini, dan bahwa siapapun yang tidak berkeyakinan demikian adalah sebagai seorang kafir, maka itu adalah kedustaan belaka, dan sesungguhnya justru penyataannya yang merupakan kekufuran” (Ithaf al-Ka’inat, h. 3-4).
• Al-Muhaddits al-‘Allâmah asy-Syaikh Muhammad Zahid al-Kautsari (w 1371 H), Wakil perkumpulan para ulama Islam pada masa Khilafah Utsmaniyyah Turki menuliskan: “Perkataan yang menetapkan bahwa Allah berada pada tempat dan arah adalah perkataan kufur. Ini sebagaimana dinyatakan oleh para Imam madzhab yang empat, seperti yang telah disebutkan oleh al-Iraqi (dari para Imam madzhab tersebut) dalam kitab Syarh al-Misykat yang telah ditulis oleh asy-Syaikh Ali Mulla al-Qari” (Maqalat al-Kautsari, h. 321).
Dari Tulisan Para Ulama Dengan Referensi Kuat Tentang Kesesatan Akidah Hulûl Dan Wahdah al-Wujûd
jam 20:11
Al-Imâm al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi menilai bahwa seorang yang berkeyakinan hulûl atau wahdah al-wujûd jauh lebih buruk dari pada keyakinan kaum Nasrani. Karena bila dalam keyakinan Nasrani Tuhan meyatu dengan nabi Isa atau dengan Maryam sekaligus (yang mereka sebut dengan doktrin trinitas), maka dalam keyakinan hulûl dan wahdah al-wujûd Tuhan menyatu dengan manusia-manusia tertentu, atau menyatu dengan setiap komponen dari alam ini.
Demikian pula dalam penilaian Imam al-Ghazali, jauh sebelum as-Suyuthi, beliau sudah membahas secara gamblang kesesasatan dua akidah ini. Dalam pandangan beliau, teori yang diyakini kaum Nasrani bahwa al-lâhût (Tuhan) menyatu dengan al-nâsût (makhluk), yang kemudian diadopsi oleh faham hulûl dan ittihâd adalah kesesatan dan kekufuran (as-Suyuthi, al-Hâwî…, j. 2, h. 130). Di antara karya al-Ghazali yang cukup komprehensif dalam penjelasan kesesatan faham hulûl dan ittihâd adalah al-Munqidz Min adl-Dlalâl dan al-Maqshad al-Asnâ Fî Syarh Asmâ’ Allah al-Husnâ. Dalam dua buku ini beliau telah menyerang habis faham-faham kaum sufi gadungan. Termasuk juga dalam karya fenomenalnya, Ihyâ ‘Ulumiddîn.
Imam al-Haramain dalam kitab al-Irsyâd juga menjelaskan bahwa keyakinan ittihâd berasal dari kaum Nasrani. Kaum Nasrani berpendapat bahwa ittihâd hanya terjadi hanya pada nabi Isa, tidak pada nabi-nabi yang lain. Kemudian tentang teori hulûl dan ittihâd ini kaum Nasrani sendiri berbeda pendapat, sebagain dari mereka menyatakan bahwa yang menyatu dengan tubuh nabi Isa adalah sifat-sifat ketuhanan. Pendapat lainnya mengatakan bahwa dzat tuhan menyatu yaitu dengan melebur pada tubuh nabi Isa laksana air yang bercampur dengan susu. Selain ini ada pendapat-pendapat mereka lainnya. Semua pendapat mereka tersebut secara garis besar memiliki pemahaman yang sama, yaitu pengertian kesatuan (hulûl dan ittihâd). Dan semua faham-faham tersebut diyakini secara pasti oleh para ulama Islam sebagai kesesatan. (as-Suyuthi, al-Hâwî…, j. 2, h. 130, mengutip dari Imam al-Haramain dalam al-Irsyâd).
Imam al-Fakh ar-Razi dalam kitab al-Mahshal Fî Ushûliddîn, menuliskan sebagai berikut:
“Sang Pencipta (Allah) tidak menyatu dengan lain-Nya. Karena bila ada sesuatu bersatu dengan sesuatu yang lain maka berarti sesuatu tersebut menjadi dua, bukan lagi satu. Lalu jika keduanya tidak ada atau menjadi hilang (ma’dûm) maka keduanya berarti tidak bersatu. Demikian pula bila salah satunya tidak ada (ma’dûm) dan satu lainnya ada (maujûd) maka berarti keduanya tidak bersatu, karena yang ma’dûm tidak mungkin bersatu dengan yang maujûd” (as-Suyuthi, al-Hâwî…, j. 2, h. 130, mengutip dari al-Fakh ar-Razi dalam al-Mahshal Fi Ushul al-Dîn).
Al-Qâdlî ‘Iyadl dalam kitab al-Syifâ menyatakan bahwa seluruh orang Islam telah sepakat dalam meyakini kesesatan akidah hulûl dan kekufuran orang yang meyakini bahwa Allah menyatu dengan tubuh manusia. Keyakinan-keyakinan semacam ini, dalam tinjauan al-Qâdlî ‘Iyadl tidak lain hanya datang dari orang-orang sufi gadungan, kaum Bathiniyyah, Qaramithah, dan kaum Nasrani (Al-Qâdli ‘Iyadl, al-Syifâ…, j. 2, h. 236). Dalam kitab tersebut al-Qâdlî ‘Iyadl menuliskan:
“Seorang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, atau berkeyakinan bahwa Allah adalah benda, maka dia tidak mengenal Allah (kafir) seperti orang-orang Yahudi. Demikian pula telah menjadi kafir orang yang berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-makhluk-Nya (hulûl), atau bahwa Allah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain seperti keyakinan kaum Nasrani” (Al-Qâdli ‘Iyadl, al-Syifâ…, j. 2, h. 236).
Imam Taqiyyuddin Abu Bakr al-Hishni dalam Kifâyah al-Akhyâr mengatakan bahwa kekufuran seorang yang berkeyakinan hulûl dan wahdah al-wujûd lebih buruk dari pada kekufuran orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Kaum Yahudi menyekutukan Allah dengan mengatakan bahwa ‘Uzair sebagai anak-Nya. Kaum Nasrani menyekutukan Allah dengan mengatakan bahwa Isa dan Maryam sebagai tuhan anak dan tuhan Ibu; yang oleh mereka disebut dengan doktrin trinitas. Sementara pengikut akidah hulûl dan wahdah al-wujûd meyakini bahwa Allah menyatu dengan dzat-dzat makhluk-Nya. Artinya dibanding Yahudi dan Nasrani, pemeluk akidah hulûl dan wahdah al-wujûd memiliki lebih banyak tuhan; tidak hanya satu atau dua saja, karena mereka menganggap bahwa setiap komponen dari alam ini merupakan bagian dari Dzat Allah, Na’udzu Billâh. Imam al-Hishni menyatakan bahwa siapapun yang memiliki kemampuan dan kekuatan untuk memerangi akidah hulûl dan akidah wahdah al-wujûd maka ia memiliki kewajiban untuk mengingkarinya dan menjauhkan orang-orang Islam dari kesesatan-kesesatan dua akidah tersebut (Lihat al-Hushni, Kifâyah al-Akhyar…, j. 1, h. 198).
Imam Ahmad ar-Rifa’i, perintis tarekat ar-Rifa’iyyah, di antara wasiat yang disampaikan kepada para muridnya berkata:
“Majelis kita ini suatu saat akan berakhir, maka yang hadir di sini hendaklah menyampaikan kepada yang tidak hadir bahwa barang siapa yang membuat bid’ah di jalan ini, merintis sesuatu yang baru yang menyalahi ajaran agama, berkata-kata dengan wahdah al-wujûd, berdusta dengan keangkuhannya kepada para makhluk Allah, sengaja berkata-kata syathahât, melucu dengan kalimat-kalimat tidak dipahaminya yang dikutip dari kaum sufi, merasa senang dengan kedustaannya, berkhalwat dengan perempuan asing tanpa hajat yang dibenarkan syari’at, tertuju pandangannya kepada kehormatan kaum muslimin dan harta-harta mereka, membuat permusuhan antara para wali Allah, membenci orang muslim tanpa alasan yang dibenarkan syari’at, menolong orang yang zhalim, menghinakan orang yang dizhalimi, mendustakan orang yang jujur, membenarkan orang yang dusta, berprilaku dan berkata-kata seperti orang-orang yang bodoh, maka saya terbebas dari orang semacam ini di dunia dan di akhirat (lihat Sawâd al-‘Ainain Fî Manâqib Abî al-‘Alamain karya al-Imam as-Suyuthi).
Al-Qâdlî Abu al-Hasan al-Mawardi mengatakan bahwa seorang yang berpendapat hulûl dan ittihâd bukan seorang muslim yang beriman dengan syari’at Allah. Seorang yang berkeyakinan hulûl ini tidak akan memberikan manfa’at pada dirinya sekalipun ia berkoar membicakaran akidah tanzih. Karena seorang yang mengaku Ahl at-Tanzîh namun ia meyakini akidah hulûl atau ittihâd adalah seorang mulhid (kafir). Dalam tinjauan al-Mâwardi, bukan suatu yang logis bila seseorang mengaku ahli tauhid sementara itu ia berkeyakinan bahwa Allah menyatu pada raga manusia. Sama halnya pengertian bersatu di sini antara sifat-sifat tuhan dengan sifat-sifat manusia, atau dalam pengartian melebur antara dua dzat; Dzat Allah dengan dzat makhluk-Nya. Karena bila demikian maka berarti tuhan memiliki bagian-bagian, permulaan dan penghabisan, serta memiliki sifat-sifat makhluk lainnya (as-Suyuthi, al-Hâwî…, j. 2, h. 132).
Al-Hâfizh as-Suyuthi dalam kutipannya dari kitab Mi’yâr al-Murîdîn, berkata:
“Ketahuilah bahwa asal kemunculan kelompok sesat dari orang-orang yang berkeyakinan ittihâd dan hulûl adalah akibat dari kedangkalan pemahaman mereka terhadap pokok-pokok keyakinan (al-Ushûl) dan cabang-cabangnya (al-furû’). Dalam pada ini telah banyak atsar yang membicarakan untuk menghindari seorang ahli ibadah (‘Âbid) yang bodoh. Seorang yang tidak berilmu tidak akan mendapatkan apapun dari apa yang ia perbuatnya, dan orang semacam ini tidak akan berguna untuk melakukan sulûk” (as-Suyuthi, al-Hâwî…, j. 2, h. 133).
Seorang sufi kenamaan, Imam Sahl ibn ‘Abdullah at-Tustari, berkata:
“Dalil atas kesesatan faham kasatuan (ittihâd) antara manusia dengan Tuhan adalah karena bersatunya dua dzat itu sesuatu yang mustahil. Dua dzat manusia saja, misalkan, tidak mungkin dapat disatukan karena adanya perbedaan-perbedaan di antara keduanya. Terlebih lagi antara manusia dengan Tuhan, sangat mustahil. Karena itu keyakinan ittihâd adalah sesuatu yang batil dan mustahil, ia tertolak secara syara’ juga secara logika. Oleh karenanya kesesatan akidah ini telah disepakati oleh para nabi, para wali, kaum sufi, para ulama dan seluruh orang Islam. Keyakinan ittihâd ini sama sekali bukan keyakinan kaum sufi. Keyakinan ia datang dari mereka yang tidak memahami urusan agama dengan benar, yaitu mereka yang menyerupakan dirinya dengan kaum Nasrani yang meyakini bahwa al-nasut (nabi Isa) menyatu dengan al-lahut (Tuhan)” (as-Suyuthi, al-Hâwî…, j. 2, h. 134).
Dalam tinjauan Imam al-Ghazali, dasar keyakinan hulûl dan ittihâd adalah sesuatu yang tidak logis. Kesatuan antara Tuhan dengan hamba-Nya, dengan cara apapun adalah sesuatu yang mustahil, baik kesatuan antara dzat dengan dzat, maupun kesatuan antara dzat dengan sifat. Dalam pembahasan tentang sifat-sifat Allah, al-Ghazali menyatakan memang ada beberapa nama pada hak Allah yang secara lafazh juga dipergunakan pada makhluk. Namun hal ini hanya keserupaan dalam lafazhnya saja, adapun secara makna jelas berbeda. Sifat al-Hayât (hidup), misalkan, walaupun dinisbatkan kepada Allah dan juga kepada manusia, namun makna masing-masing sifat tersebut berbeda. Sifat hayat pada hak Allah bukan dengan ruh, tubuh, darah, daging, makanan, minuman dan lainnya. Sifat hayat Allah tidak seperti sifat hayat pada manusia.
Imam al-Ghazali menuliskan bahwa manusia diperintah untuk berusaha meningkatkan sifat-sifat yang ada pada dirinya supaya mencapai kesempurnaan. Namun demikian bukan berarti bila ia telah sempurna maka akan memiliki sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah. Hal ini sangat mustahil dengan melihat kepada beberapa alasan berikut;
Pertama; Mustahil sifat-sifat Allah yang Qadîm (tidak bermula) berpindah kepada dzat manusia yang hâdits (Baru), sebagaimana halnya mustahil seorang hamba menjadi Tuhan karena perbedaan sifat-sifat dia dengan Tuhan-nya.
Kedua; Sebagaimana halnya bahwa sifat-sifat Allah mustahil berpindah kepada hamba-Nya, demikian pula mustahil dzat Allah menyatu dengan dzat hamba-hamba-Nya. Dengan demikian maka pengertian bahwa seorang manusia telah sampai pada sifat-sifat sempurna adalah dalam pengertian kesempurnaan sifat-sifat manusia itu sendiri. Bukan dalam pengertian bahwa manusia tersebut memiliki sifat-sifat Allah atau bahwa dzat Allah menyatu dengan manusia tersebut (hulûl dan ittihâd) .
Al-’Ârif Billâh al-‘Allâmah Abu al-Huda ash-Shayyadi dalam kitab al-Kaukab al-Durri berkata:
“Barang siapa berkata: “Saya adalah Allah”, atau berkata: “Tidak ada yang wujud di alam ini kecuali Allah”, atau berkata: “Tidak ada yang ada kecuali Allah”, atau berkata: “Segala sesuatu ini adalah Allah”, atau semacam ungkapan-ungkapan tersebut, jika orang ini berakal, dan dalam keadaan sadar (shâhî), serta dalam keadaan mukallaf maka ia telah menjadi kafir. Tentang kekufuran orang semacam ini tidak ada perbedaan pendapat di antara orang-orang Islam. Keyakinan tersebut telah jelas-jelas menyalahi al-Qur’an. Karena dengan meyakini bahwa segala sesuatu adalah Allah berarti ia telah menafikan perbedaan antara Pencipta (Khâliq) dan makhluk, menafikan perbedaan antara rasul dan umatnya yang menjadi obyek dakwah, serta menafikan perbedaan surga dan neraka. Keyakinan semacam ini jelas lebih buruk dari mereka yang berkeyakinan hulûl dan ittihâd. Dasar mereka yang berakidah hulûl atau ittihâd meyakini bahwa Allah meyatu dengan nabi Isa. Sementara yang berkeyakinan segala sesuatu adalah Allah, berarti ia menuhankan segala sesuatu dari makhluk Allah ini, termasuk makhluk-makhluk yang najis dan yang menjijikan. Sebagian mereka yang berkeyakinan buruk ini bahkan berkata:
(قيل) وَمَا اْلكَلْبُ وَالْخِنْزِيْرُ إلاّ إلَهُنَا # وَمَا اللهُ إلاّ رَاهِبٌ فِي كَنِيْسَةٍ
“Tidaklah anjing dan babi kecuali sebagai tuhan kita, sementara Allah tidak lain adalah rahib yang ada di gereja”.
Ini jelas merupakan kekufuran yang sangat mengerikan dan membuat merinding tubuh mereka yang takut kepada Allah. Adapun jika seorang yang berkata-kata semacam demikian itu dalam keadaan hilang akal dan hilang perasaannya (jadzab) sehingga ia berada di luar kesadarannya maka ia tidak menjadi kafir. Karena bila demikian maka berarti ia telah keluar dari ikatan taklif, dan dengan begitu ia tidak dikenakan hukuman. Namun demikian orang semacam itu mutlak tidak boleh diikuti. Tidak diragukan bahwa kata-kata semacam di atas menyebabkan murka Allah dan rasul-Nya. Ketahuilah bahwa kaum Yang Haq adalah mereka yang tidak melenceng sedikitpun, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan, dari ketentuan syari’at. Cukuplah bagi seseorang untuk memegang teguh syari’at, dan cukuplah Rasulullah sebagai pembawa syari’at adalah sebaik-baiknya Imam dan teladan yang harus diikuti” (Lihat al-Shayyadi, al-Kaukab al-Durry Fi Syarh Bait al-Quthb al-Kabir, h. 11-12).
Dalam al-Luma’, as-Sarraj membuat satu sub judul dengan nama “Bâb Fî Dzikr Ghalath al-Hululiyyah” (Bab dalam menjelaskan kesesatan kaum Hululiyyah). Beliau menjelaskan bahwa orang-orang yang berakidah hulûl adalah orang yang tidak memahami bahwa sebenarnya sesuatu dapat dikatakan bersatu dengan sesuatu yang lain maka mestilah keduanya sama-sama satu jenis. Padahal Allah tidak menyerupai suatu apapun dari makhluk-Nya, dan tidak ada suatu apapun yang menyerupai-Nya. Kesesatan kaum hulûl ini sangat jelas, mereka tidak membedakan antara sifat-sifat al-Haq (Allah) dengan sifat al-Khalq (makhluk). Bagaimana mungkin Dzat Allah menyatu dengan hati atau raga manusia?! Yang menyatu dengan hati dan menetap di dalamnya adalah keimanan kepada-Nya, menyakini kebenaran-Nya, mentauhidkan-Nya dan ma’rifah kepada-Nya. Sesungguhnya hati itu adalah makhluk, maka bagaimana mungkin Dzat Allah dan sifat-sifat-Nya akan bersatu dengan hati manusia yang notabene makhluk-Nya sendiri?! Allah maha Suci dari pada itu semua (as-Sarraj, al-Luma’…, h. 541-542).
Dari pernyataan para ulama sufi di atas tentang akidah hulûl dan wahdah al-wujûd dapat kita tarik kesimpulan bahwa kedua akidah ini sama sekali bukan merupakan dasar akidah kaum sufi.
Penutup:
Sama sesatnya dengan orang-orang berkayakinan hulul atau wahdah al-wujud adalah orang-orang yang berkeyakinan bahwa Allah bertempat di langit atau bertempat di atas arsy, karena bila demikian maka berarti Dia berada pada makhluk-Nya sendiri, Au'dzu Billah.
Hindari dan waspadai keyakinan Wahhabi yang mengatakan Allah bertempat di langit, pada saat yang sama mereka juga mengatakan di arsy, di dua tempat heh!!! Yang mengherankan: Mereka yakin bahwa arsy dan langit makhluk Allah, tapi mereka mengatakan bahwa Allah bertempat pada keduanya, di mana akal mereka!!!!!! Hasbunallah.......
Ingat,
Akidah Rasulullah, salaf saleh, dan mayoritas ummat Islam; kaum Ahlussunnah Wal Jama'ah: ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH.
Wa Shallallahu Ala Sayyidina Muhammad,
Wa al-Hamdu Lillah Rabb al-Alamin...
Kamis, 24 Desember 2009
Anda Lihat? Wahhabi Benar2 Pengacau; menulis "Derajat Orang Tahlil Lebih Rendah Dari Pelacur" (Sedikit Bantahan Terhadap Mereka) Bagikan
Ulama Ahlussunnah sepakat bahwa doa dan istighfar seorang muslim yang masih hidup kepada Allah untuk orang yang telah meninggal dapat memberikan manfaat kepadanya. Dalam al-Qur’an Allah berfirman:
وَالَّذِينَ جَآءُو مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ (الحشر: 10)
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami” (QS. Al-Hasyr: 10)
Al-Imam an-Nawawi (w 676 H) dalam al-Adzkar menuliskan:
“Semua ulama sepakat bahwa doa bagi orang-orang yang telah meninggal memberikan manfaat terhadap mereka dan pahala doa tersebut sampai kepada mereka. Mereka mengambil dalil firman Allah QS. Al-Hasyr: 10 (tersebut di atas) dan berbagai ayat lainnya, juga dengan dalil beberapa hadits masyhur di antaranya sabda Nabi:
اللّهُمّ اغْفِرْ لِأهْلِ بَقِيْعِ الغَرْقَد (رواه مسلم)
“Ya Allah ampunilah bagi orang-orang yang dimakamkan di Baqi’ al-Gharqad” (HR. Muslim)
Dan hadits Nabi:
اللّهُمّ اغْفِرْ لِحَيّنَا وَمَيّتِنَا (رواه الترمذي)
“Ya Allah ampuni bagi orang-orang yang masih hidup dan orang-orang yang telah meninggal di antara kami” (HR. At-Tirmidzi)”. (Lihat al-Adzkar: 176)
Demikian juga membaca al-Qur'an di atas kubur juga bermanfaat terhadap mayyit. Dalil Kebolehan membaca al-Qur'an di atas kubur adalah hadits bahwa Nabi membelah pelepah yang basah menjadi dua bagian kemudian Nabi menanamkan masing-masing di dua kuburan yang ada dan Rasulullah bersabda:
لَعَلّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا (رواه الشيخان)
"Semoga keduanya mendapatkan keringanan siksa kubur selama pelepah ini belum kering".
Dapat diambil dalil dari hadits ini bahwa boleh menancapkan pohon dan membaca al-Qur'an di atas kubur, jika pohon saja bisa meringankan adzab kubur lebih–lebih bacaan al-Qur'an orang mukmin. Al-Imam an-Nawawi berkata: "Para ulama mengatakan sunnah hukumnya membaca al-Qur'an di atas kubur berdasarkan pada hadits ini, karena jika bisa diharapkan keringanan siksa kubur dari tasbihnya pelepah kurma apalagi dari bacaan al-Qur'an" (Lihat dalam al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj, j. 3, h. 202). Jelas bacaan al-Qur’an dari manusia itu lebih agung dan lebih bermanfaat daripada tasbihnya pohon. Jika telah terbukti al-Qur’an bermanfaat bagi sebagian orang yang ditimpa bahaya dalam hidupnya, maka mayit begitu juga.
Di antara dalil bahwa mayyit mendapat manfaat dari bacaan al-Qur’an orang lain adalah hadits Ma'qil ibn Yasar:
اقْرَءُوْا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ (رَوَاهُ أبُو داوُد والنّسَائِي وابْنُ مَاجَه وابْنُ حِبّان وصَحّحَه).
“Bacalah surat Yaasin untuk mayit kalian " (H.R Abu Dawud, an– Nasai, Ibn Majah dan Ibn Hibban dan dishahihkannya).
Hadits ini walaupun dinyatakan lemah oleh sebagian ahli hadits, tetapi Ibn Hibban mengatakan hadits ini shahih dan Abu Dawud diam (tidak mengomentarinya) maka dia tergolong hadits Hasan (sesuai dengan istilah Abu Dawud dalam Sunan-nya), dan al Hafizh as-Suyuthi juga mengatakan bahwa hadits ini Hasan.
Dalil yang lain adalah hadits Nabi:
يس قَلْبُ القُرءَان لاَ يَقْرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ و الدّارَ الآخِرَةَ إلاّ غفرَ لَهُ، وَاقْرَءُوهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ (روَاه أحْمد)
“Yasin adalah hatinya al-Qur’an, tidaklah dibaca oleh seorangpun karena mengharap ridla Allah dan akhirat kecuali diampuni oleh Allah dosa– dosanya, dan bacalah Yasin ini untuk mayit–mayit kalian " (HR. Ahmad)
Ahmad bin Muhammad al Marrudzi (salah seorang murid al-Imam Ahmad ibn Hanbal) berkata : "Saya mendengar Ahmad ibn Hanbal -semoga Allah merahmatinya- berkata: "Apabila kalian memasuki areal pekuburan maka bacalah surat al Fatihah dan Mu'awwidzatayn dan surat al Ikhlas dan hadiahkanlah pahalanya untuk ahli kubur karena sesungguhnya pahala bacaan itu akan sampai kepada mereka" (Lihat al-Maqshad al-Arsyad, j. 2, h. 338-339).
Al Khallal juga meriwayatkan dalam al Jami' dari asy-Sya'bi bahwa ia berkata:
كَانَتِ الأنْصَارُ إذَا مَاتَ لَهُمْ مَيّتٌ اخْتَلَفُوا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُوْنَ لَهُ الْقُرْءَانَ
"Tradisi para sahabat Anshar jika meninggal salah seorang di antara mereka, maka mereka akan datang ke kuburnya silih berganti dan membacakan al-Qur’an untuknya (mayit)".
Demikian juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari bahwasanya 'Aisyah -semoga Allah meridlainya- berkata: “Alangkah sakitnya kepalaku”, lalu Rasulullah berkata:
" ذاكِ لوْ كَانَ وَأنَا حَيّ فأ سْتَغْفِر لكِ وأدْعُو لَكِ "
"Jika itu terjadi (engkau sakit dan meninggal) dan aku masih hidup maka aku mohon ampun dan berdoa untukmu".
Perkataan Rasulullah " وأدعو لك " (maka saya akan berdoa untukmu) ini, mencakup doa dengan segala bentuk dan macam–macamnya, maka termasuk doa seseorang setelah membaca beberapa ayat dari al-Qur’an dengan tujuan supaya pahalanya disampaikan kepada mayit seperti dengan mengatakan :
اللّهُمَّ أوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْتُ إلَى فُلاَن
"Ya Allah sampaikanlah pahala bacaanku ini kepada si Fulan".
Sedangkan yang sering dikatakan orang bahwa Imam Syafi'i menyatakan bacaan al-Qur’an tidak akan sampai kepada mayyit, maksud asy-Syafi'i adalah jika bacaan tersebut tidak dibarengi dengan doa Ii-shal - إيصال - (doa agar disampaikan pahala bacaan tersebut kepada mayit) atau bacaan tersebut tidak dilakukan di kuburan mayit karena asy-Syafi'i menyetujui kedua hal ini (membaca al-Qur’an dengan diakhiri doa Ii-shal - إيصال - dan membaca al-Qur’an di atas kuburan mayit). Imam an-Nawawi mengatakan: "Asy-Syafi'i dan tokoh-tokoh madzhab Syafi'i mengatakan: Disunnahkan dibaca di kuburan mayit ayat-ayat al-Qur’an, dan jika dibacakan al-Qur’an hingga khatam itu sangat baik".
Sebagian ahli bid'ah, seperti kaum Wahhabiyah di masa sekarang, mengatakan tidak akan sampai pahala sesuatu apapun kepada si mayit dari orang lain yang masih hidup, baik doa ataupun yang lain. Perkataan mereka ini bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Adapun bahwa mereka berdalil dengan firman Allah:
وأنْ لَيْسَ للإنْسَانِ إلاّ مَا سَعَى (سورة النجم : 39 )
Maka ini adalah pendapat yang tidak tepat dan harus ditolak karena maksud ayat ini bukanlah menafikan bahwa seseorang mendapatkan manfaat dari apa yang dikerjakan oleh orang lain seperti sedekah dan haji untuk orang yang telah meninggal, melainkan ayat ini menafikan kepemilikan terhadap amal orang lain. Amal orang lain adalah milik orang lain yang mengerjakankannya, karena itu jika ia mau ia bisa memberikan kepada orang lain dan jika tidak ia bisa memilikinya untuk dirinya sendiri. Allah tidak mengatakan tidak bermanfaat bagi seseorang kecuali amalnya sendiri.
Mereka yang menafikan secara mutlak tersebut adalah golongan Mu'tazilah. Imam Ahmad ibn Hanbal pernah mengingkari orang yang membaca al-Qur'an di atas kuburan, namun kemudian sahabatnya (salah seorang murid dekat) menyampaikan kepadanya atsar dari sebagian sahabat yaitu Ibn Umar lalu dia melepaskan pendapatnya tersebut.
Al-Bayhaqi dalam as-Sunan al Kubra meriwayatkan dengan sanad yang sahih bahwa Ibn Umar menganggap sunnah setelah mayit dikuburkan untuk dibacakan awal dan akhir surat al Baqarah. Salah seorang ulama Madzhab Hanbali, Asy-Syaththi al-Hanbali dalam komentarnya atas kitab Ghayah al-Muntaha, hlm. 260 mengatakan:
"Dalam kitab al-Furu' dan kitab Tashhih al-Furu' dinyatakan: Tidak makruh membaca al-Qur'an di atas kuburan dan di areal pekuburan, inilah yang ditegaskan oleh al Imam Ahmad, dan inilah pendapat madzhab Hanbali. Kemudian sebagian menyatakan hal itu mubah, sebagian mengatakan mustahabb (sunnah). Demikian juga disebutkan dalam kitab al-Iqna'".
Menghidangkan Makanan untuk orang yang datang ta'ziyah atau menghadiri undangan baca al-Qur’an
Menghidangkan makanan yang dilakukan oleh keluarga mayit untuk orang yang datang ta'ziyah atau menghadiri undangan baca al-Qur’an adalah boleh karena itu termasuk ikram adl-Dlayf (menghormat tamu). Dan dalam Islam ini adalah sesuatu yang dianjurkan. Sedangkan Hadits Jarir ibn 'Abdillah al Bajali bahwa ia mengatakan :
كُنَّا نَعُدّ الاجْتِمَاعَ إلَى أهْلِ الْمَيت وَصَنِيْعَة الطّعَامِ بَعْدَ دَفْنِهِ مِنَ النّيَاحَةِ (رواه أحمد بسند صحيح)
"Kami di masa Rasulullah menganggap berkumpul di tempat mayit dan membuat makanan setelah dikuburkannya mayit sebagai Niyahah (meratapi mayit yang dilarang oleh Islam)" (H.R. Ahmad dengan sanad yang sahih)
Maksudnya adalah jika keluarga mayit membuat makanan tersebut untuk dihidangkan kepada para hadirin dengan tujuan al Fakhr ; berbangga diri supaya orang mengatakan bahwa mereka pemurah dan dermawan atau makanan tersebut disajikan kepada perempuan-perempuan agar menjerit-jerit, meratap sambil menyebutkan kebaikan-kebaikan mayit, karena inilah yang biasa dilakukan oleh orang-orang di masa jahiliyah, mereka yang tidak beriman kepada akhirat itu. Dan inilah Niyahah yang termasuk perbuatan orang-orang di masa jahiliyyah dan dilarang oleh Rasulullah.
Jika tujuannya bukan untuk itu, melainkan untuk menghormat tamu atau bersedekah untuk mayit dan meminta tolong agar dibacakan al-Qur’an untuk mayit maka hal itu boleh dan tidak terlarang. Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Sahih-nya dari Ibn 'Abbas bahwa Sa'd ibn 'Ubadah ibunya meninggal ketika dia pergi, kemudian ia berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, Ibuku meninggal dan aku sedang tidak berada di tempat tersebut, apakah bermanfa'at baginya jika aku menyedekahkan sesuatu yang pahalanya untuknya?, Rasulullah menjawab: "Iya". Lalu Sa'd berkata: “(Kalau begitu) Saya bersaksi kepadamu bahwa kebunku yang sedang berbuah itu aku sedekahkan yang pahalanya untuknya”. (Lihat Shahih al-Bukhari, kitab al-Washaya)
Tahlilan pada hari ke tiga, ke tujuh, ke seratus, ke seribu dan seterusnya
Tradisi ummat Islam mengundang para tetangga ke rumah mayit kemudian memberi makan mereka ini adalah sedekah yang mereka lakukan untuk si mayit dan dalam rangka membaca al-Qur'an untuk mayit, dan jelas dua hal ini adalah hal yang boleh dilakukan. Sedekah untuk mayit jelas dibenarkan oleh hadits Nabi dalam Sahih al Bukhari. Sedangkan membaca al-Qur'an untuk mayit, menurut mayoritas para ulama salaf dan Imam madzhab Hanafi, Maliki dan Hanbali pahalanya akan sampai kepada mayit, demikian dijelaskan oleh as-Suyuthi dalam Syarh ash-Shudur dan dikutip serta disetujui oleh al Hafizh Murtadla az-Zabidi dalam Syarh Ihya' 'Ulum ad-Din.
Adapun yang sering dikatakan orang sebagian ahli bid’ah, seperti kaum Wahhabiyyah, bahwa Imam asy-Syafi'i menyatakan bahwa bacaan al-Qur'an tidak akan sampai kepada mayyit maka maksud asy-Syafi'i adalah jika bacaan tersebut tidak dibarengi dengan doa Ii-shal (doa agar disampaikan pahala bacaan kepada mayyit) atau bacaan tersebut tidak dilakukan di kuburan mayyit karena asy-Syafi'i menyetujui kedua hal ini (membaca al-Qur’an dengan diakhiri doa Ii-shal dan membaca al-Qur’an di atas kuburan mayyit)". (lihat Syarh Raudl ath-Thalib, Nihayatul Muhtaj, Qadla' al Arab fi As-ilah Halab dan kitab-kitab Fiqh Syaf'i yang lain).
Bahwa berkumpul untuk mendoakan mayit dan membaca al-Qur’an untuknya pada hari ke tiga, ke tujuh, ke seratus, ke seribu dan seterusnya maka hukumnya adalah sebagai berikut :
1. Berkumpul di hari ke tiga tujuannya adalah berta'ziyah.
2. Berkumpul setelah hari ke tiga tujuannya adalah berta'ziyah bagi yang belum. Bagi yang sudah berta'ziyah, berkumpul saja pada hari-hari tersebut bukanlah hal yang mutlak sunnah, tetapi kalau tujuan berkumpul tersebut adalah untuk membaca al-Qur’an dan ini semua mengajak kepada kebaikan. Allah berfirman :
وافْعَلُوا الْخَيْـرَ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُوْنَ (سورة الحج : 77)
"Lakukanlah hal yang baik agar kalian beruntung" (Q.S. al Hajj : 77).
Peringatan:
Anda periksa keluarga anda, terlebih anak-anak anda, jangan sampai memiliki keyakinan seperti pemahaman Wahhabi. Bila anda memiliki anak keturunan yang berkeyakinan seperti faham wahabi bahwa pahala bacaan al-Qur'an tidak bermanfaat bagi mayit, maka anda akan merugi dunia akhirat. Di dunia anda lelah mendidik mereka, tapi begitu anda meninggal mereka sedikitpun tidak mendoakan anda, tidak memberikan manfaat bagi anda, tidak membacakan walau hanya satu kali bacaan surat al-Fatihah. Anda hanya akan dijadikan layaknya "bangkai", dikuburkan, diinjak-injak, dan lalu ditinggalkan begitu saja. A'udzu Billah.
Tipu daya iblis
Saudaraku, apakah saudara sudah mengenal dengan baik tentang IBLIS? Bagaimana dia menggoda manusia? Dengan kasih sayang-Nya Allah telah memaksa Iblis untuk memberikan jawaban jujur tentang dirinya kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Berikut ini dialog Iblis dan Rasulullah dalam hadits dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas RA:
Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”
Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”
Kami menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”
Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.
Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.
Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”
Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”
Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”
“Siapa yang memaksamu?”
Seorang malaikat utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia, jawablah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”
“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”
Orang Yang Dibenci Iblis
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”
Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”
“Siapa selanjutnya?”
“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”
“lalu siapa lagi?”
“Orang Aliim yang wara’ ”
“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”
“Siapa lagi?”
“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”
“Apa tanda kesabarannya?”
“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan
memberi pahala orang-orang yang sabar.”
” Selanjutnya apa?”
“Orang kaya yang bersyukur.”
“Apa tanda kesyukurannya?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”
“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”
“Umar bin Khattab?”
“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”
“Utsman bin Affan?”
“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”
“Ali bin Abi Thalib ?”
“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)
Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis
“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”
“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”
“Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1 x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”
“Jika seorang umatku berpuasa ?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”
“Jika ia berhaji ?”
“Aku seperti orang gila.”
“Jika ia membaca al-Quran?”
“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”
“Jika ia bersedekah?”
“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”
“Mengapa bisa begitu?”
“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya, yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”
“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“Suara kuda perang di jalan Allah.”
“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“Taubat orang yang bertaubat.”
“Apa yang dapat membakar hatimu?”
“Istighfar di waktu siang dan malam.”
“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“Sedekah yang diam-diam.”
“Apa yang dapat menusuk matamu?”
“Shalat fajar.”
“Apa yang dapat memukul kepalamu?”
“Shalat berjamaah.”
“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis para ulama.”
“Bagaimana cara makanmu?”
“Dengan tangan kiri dan jariku.”
“Dimanakah kau menaungi anak-anakmu di musim panas?”
“Di bawah kuku manusia.”
Manusia Yang Menjadi Teman Iblis
Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”
“Pemakan riba.”
“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”
“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk.”
“Siapa tamumu?”
“Pencuri.”
“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”
“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”
“Siapa kekasihmu?”
“Orang yang meninggalkan shalat jum'at”
“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”
“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”
Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas
Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”
Iblis segera menimpali:
“Tidak,tidak.. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”
“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”
“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. "
"Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. "
"Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”
Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya
“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.
Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama, sebagian untuk menggangu anakanak muda, sebagian untuk menganggu orang-orang tua, sebagian untuk menggangu wanta- wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.
Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.
Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.
Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.
Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”
Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.
“Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.
Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa."
Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”
Cara Iblis Menggoda
“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?
Akulah mahluk pertama yang berdusta.
Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.
Tahukah kau Muhammad?
Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar- benar menasihatinya.
Sumpah dusta adalah kegemaranku. Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.
Kesaksian palsu kegembiraanku.
Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata- kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. Jadi semua anak-anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.
Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia menundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat itu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’
Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.
Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.
Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.
Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia. Dan iapun semakin taat padaku.
Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. Aku katakan padanya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat, orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’
Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.
Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.
Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”
10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT
“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”
“10 macam”
“Apa saja?”
“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.”
Allah berfirman :“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)
“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.
Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.
Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.
Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.
Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.
Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.
Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.
Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.”
Allah berfirman : “Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).
“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.
Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.
Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.
Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”
Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda."
" Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!"
"Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah."
"Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara."
"Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”
Rasulullah SAW lalu membaca ayat :
“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 - 119)
juga membaca,“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)
Iblis lalu berkata:
“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk- mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. Aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu, dan aku tak berbohong.”
Saudaraku sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tersebut. Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis atau Syaithan.
Mudah-mudahan dengan demikian kita dapat terhindar dari tipu daya dan jebakan iblis.
" Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
Orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang keras. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bagi mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS 35: 5-7)
Semoga bermanfaat..
Saudaraku, apakah saudara sudah mengenal dengan baik tentang IBLIS? Bagaimana dia menggoda manusia? Dengan kasih sayang-Nya Allah telah memaksa Iblis untuk memberikan jawaban jujur tentang dirinya kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Berikut ini dialog Iblis dan Rasulullah dalam hadits dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas RA:
Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”
Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”
Kami menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”
Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.
Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.
Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”
Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”
Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”
“Siapa yang memaksamu?”
Seorang malaikat utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia, jawablah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”
“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”
Orang Yang Dibenci Iblis
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”
Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”
“Siapa selanjutnya?”
“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”
“lalu siapa lagi?”
“Orang Aliim yang wara’ ”
“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”
“Siapa lagi?”
“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”
“Apa tanda kesabarannya?”
“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan
memberi pahala orang-orang yang sabar.”
” Selanjutnya apa?”
“Orang kaya yang bersyukur.”
“Apa tanda kesyukurannya?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”
“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”
“Umar bin Khattab?”
“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”
“Utsman bin Affan?”
“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”
“Ali bin Abi Thalib ?”
“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)
Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis
“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”
“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”
“Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1 x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”
“Jika seorang umatku berpuasa ?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”
“Jika ia berhaji ?”
“Aku seperti orang gila.”
“Jika ia membaca al-Quran?”
“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”
“Jika ia bersedekah?”
“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”
“Mengapa bisa begitu?”
“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya, yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”
“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“Suara kuda perang di jalan Allah.”
“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“Taubat orang yang bertaubat.”
“Apa yang dapat membakar hatimu?”
“Istighfar di waktu siang dan malam.”
“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“Sedekah yang diam-diam.”
“Apa yang dapat menusuk matamu?”
“Shalat fajar.”
“Apa yang dapat memukul kepalamu?”
“Shalat berjamaah.”
“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis para ulama.”
“Bagaimana cara makanmu?”
“Dengan tangan kiri dan jariku.”
“Dimanakah kau menaungi anak-anakmu di musim panas?”
“Di bawah kuku manusia.”
Manusia Yang Menjadi Teman Iblis
Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”
“Pemakan riba.”
“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”
“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk.”
“Siapa tamumu?”
“Pencuri.”
“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”
“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”
“Siapa kekasihmu?”
“Orang yang meninggalkan shalat jum'at”
“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”
“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”
Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas
Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”
Iblis segera menimpali:
“Tidak,tidak.. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”
“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”
“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. "
"Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. "
"Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”
Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya
“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.
Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama, sebagian untuk menggangu anakanak muda, sebagian untuk menganggu orang-orang tua, sebagian untuk menggangu wanta- wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.
Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.
Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.
Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.
Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”
Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.
“Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.
Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa."
Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”
Cara Iblis Menggoda
“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?
Akulah mahluk pertama yang berdusta.
Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.
Tahukah kau Muhammad?
Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar- benar menasihatinya.
Sumpah dusta adalah kegemaranku. Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.
Kesaksian palsu kegembiraanku.
Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata- kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. Jadi semua anak-anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.
Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia menundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat itu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’
Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.
Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.
Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.
Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia. Dan iapun semakin taat padaku.
Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. Aku katakan padanya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat, orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’
Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.
Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.
Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”
10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT
“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”
“10 macam”
“Apa saja?”
“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.”
Allah berfirman :“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)
“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.
Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.
Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.
Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.
Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.
Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.
Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.
Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.”
Allah berfirman : “Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).
“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.
Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.
Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.
Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”
Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda."
" Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!"
"Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah."
"Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara."
"Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”
Rasulullah SAW lalu membaca ayat :
“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 - 119)
juga membaca,“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)
Iblis lalu berkata:
“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk- mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. Aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu, dan aku tak berbohong.”
Saudaraku sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tersebut. Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis atau Syaithan.
Mudah-mudahan dengan demikian kita dapat terhindar dari tipu daya dan jebakan iblis.
" Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
Orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang keras. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bagi mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS 35: 5-7)
Semoga bermanfaat...
[Bag 2] Anda Lihat Ada Wahhabi Menulis Di FB "Yang Membaca Tahlil Lebih Rendah Derajatnya Dari Pelacur"?! (Catatan Bantahan)
Pertama-tama supaya anda ketahui bahwa faham-faham ekstrim kaum Wahhabiyyah ini mereka ambil dari setiap jengkal pendapat Ibn Taimiyah, termasuk di antaranya faham tasybih dan tajsim; mengatakan Allah bertempat di atas arsy, mengatakan bahwa Allah memiliki ukuran dan batasan, mengatakan bahwa Allah bergerak turun naik, dan lainnya. Na’udzu Billah. Setiap apa yang dianggap baik oleh Ibn Taimiyah maka mereka akan bersikukuh bahwa itu baik, dan apa yang dianggap buruk oleh Ibn Taimiyah maka mereka akan ”membabi buta” memeranginya. Mereka seakan menganggap bahwa pendapat Ibn Taimiyah laksana ”nash la yaqbal at-tawil”.
Perhatikan, Ibn Taimiyah dalam kumpulan fatwa-fatwanya ngomong begini: ”Bacaan al-Qur’an yang akan sampai (bermanfaat bagi mayit) adalah yang dibacakan ikhlas karena Allah”. (Lihat Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, j. 24, h. 300)
Pada halaman yang sama dia juga ngomong begini: ”Barangsiapa membaca al-Qur’an ikhlas karena Allah lalu ia hadiahkan pahalanya untuk mayit maka hal itu dapat memberikan manfaat baginya”. (Lihat Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, j. 24, h. 300).
Pada halaman lainnya dia ngomong lagi: “Akan sampai kepada mayit bacaan (al-Qur’an) dari keluarganya, bacaan tasbih mereka, bacaan takbir mereka, dan seluruh bacaan dzikir mereka jika memang mereka menghadiahkan pahala bacaan tersebut bagi mayit itu. Itu semua akan sampai kepadanya”. (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, j. 24, h. 324).
Di halaman lainnya dia berfatwa begini: “Allah tidak menyatakan bahwa seseorang tidak dapat mengambil manfaat kecuali dengan jalan usahanya sendiri. Tetapi yang difirmankan oleh-Nya adalah:
وَأَن لَّيْسَ لِلإِنسَانِ إِلاَّمَاسَعَى (النجم: 39)
Yang dimaksud ayat adalah bahwa seseorang tidak dapat MEMILIKI sesuatu apapun dari suatu kebaikan kecuali hasil usahanya sendiri, adapun yang bukan dari usahanya sendiri maka ia TIDAK DAPAT MILIKI-nya. Maka hasil usaha orang lain adalah MILIK orang itu sendiri, bukan milik siapapun. Perumpamaannya pada harta; seseorang hanya dapat MEMILIKI hartanya sendiri, dan ia dapat mengambil manfaat dari harta yang ia MILIKI tersebut, harta tersebut bukan MILIK orang lain, harta dia MILIK dia, harta orang lain MILIK orang lain. Akan tetapi bila seseorang berderma bagi orang lain dengan hartanya tersebut maka tentunya hal itu dibolehkan (dan memberikan manfaat bagi orang lain tersebut). Demikian pula bila seseorang berderma bagi orang lain dengan usahanya maka tentu itu juga memberikan manfaat bagi orang lain tersebut; sebagaimana seseorang akan memberikan manfaat bagi orang lain dengan jalan doa baginya, dan atau dengan jalan bersedekah baginya. Orang yang dituju (dengan doa atau sedekah) tersebut akan mengambil manfaat, dan akan sampai kepadanya segala kebaikan dari setiap orang muslim; baik orang-orang dari kerabatnya atau lainnya (jika memang ditujukan/dihadiahkan/dide
Kita katakan kepada orang-orang Wahhabi: Mau lari kemana kalian?????? Tau ga? tanpa kalian sadari, sebenarnya sama saja kalian telah mengatakan bahwa "Imam" kalian yang sangat kalian cintai; Ibn Taimiyah, derajatnya lebih rendah dari derajat seorang pelacur?????????????
Peringatan:
Periksa sanak keluarga anda, jangan sampai ada yang memiliki faham wahhabi; seperti keyakinan mereka bahwa membaca tahlil atau membaca al-Qur'an untuk mayit adalah bid'ah, syirik, bahkan mereka mangkafirkan orang-orang Islam yang melakukan itu. Jangan sampe deh... anda punya anak berkeyakinan begitu, karena bila begitu maka anda akan merugi di dunia dan di akhirat. Di dunia anda lelah memaras keringat untuk membiayainya, tapi begitu anda meninggal maka anda akan dijadikan layaknya "bangkai", dibungkus, dikubur diinjak-injak, dia tidak mau mendoakan anda, tidak mau membacakan walau hanya satu kali bacaan surat al-Fatihah untuk anda,apa lagi untuk mengkhatamkan al-Qur'an. mau???? jangan ampe deeeeh!!!!! A'udzu Billah!!!!!
Selasa, 22 Desember 2009
Minggu, 20 Desember 2009
MALAPETAKA AKHIR ZAMAN DAN CARA MENGATASINYA
MALAPETAKA AKHIR ZAMAN
DAN CARA MENGATASINYA
Oleh
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin
MUKADDIMAH
"Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah semata, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan serta bertaubat kepada-Nya
Kami berlindung kepada-Nya dari kejelekan jiwa-jiwa kami dan dari keburukan amal perbuatan kami
Barangsiapa diberi hidayah oleh Allah, niscaya tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk
Saya bersaksi bahwa tiada ilaah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah hamba dan utusan-Nya
Shalawat serta salam semoga tercurah atas beliau, atas keluarga dan segenap sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau sampai hari Kemudian kelak"
Amma ba'du...
Allah Ta'ala berfirman...
"Alif laaf miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta" (Al-Ankabut: 1-3)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan fitnah (malapetaka) yang akan terjadi...
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda...
"Ketahuilah bahwasanya bakal terjadi fitnah-fitnah (malapetaka)!" Kami bertanya: "Bagaimana jalan keluarnya wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Berpegang teguh dengan Kitabullah, sebab didalamnya disebutkan sejarah orang-orang sebelum kalian, dan khabar tentang yang akan datang setelah kalian, dan didalamnya juga terdapat hukum terhadap perselisihan diantara kalian. Ia adalah pemisah antara hak dan bathil, dan sekali-kali bukanlah senda gurau. Barangsiapa meninggalkannya karena keangkuhan, niscaya Allah akan membinasakannya. Dan barangsiapa mencari petunjuk dari selainnya, niscaya Allah akan menyesatkannya. Ia adalah tali Allah yang kokoh. Dan ia adalah bacaan yang penuh hikmah. Dan ia adalah jalan Allah yang lurus" (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Pada hari ini kita berada dalam kancah peperangan melawan fitnah (cobaan dan godaan) yang begitu besar
Fitnah bagaikan potongan malam kelam
Harta adalah fitnah (ujian)
Anak-anak adalah fitnah (cobaan)
Wanita adalah fitnah (godaan)
Bercampur-baur dengan orang-orang kafir dan munafik adalah fitnah (bencana)
Ajakan kepada kebatilan dan menjauhi kebenaran adalah fitnah (malapetaka)
Teman pergaulan yang jahat adalah fitnah (bencana)
Seruan kepada perkara sia-sia, sesat dan batil adalah fitnah (bencana)
Dan banyak lagi yang lainya...
Ketika seorang insan jatuh terperosok dalam bahaya dan musibah, maka dihadapannya ada 2 pilihan...
Ia segera mencari jalan-jalan keselamatan dan berusaha mengeluarkan diri dari musibah tersebut hingga ia bisa selamat
Tidak syak lagi ini merupakan keharusan yang harus ditempuh bagi seorang yang berakal
Atau ia hanya bisa pasrah menerima dan membiarkan dirinya binasa
Ini adalah tindakan orang bodoh yang pasrah dan tidak mencari jalan selamat
Fitnah-fitnah sudah begitu banyak pada zaman ini
Gelombangnya sudah saling berbenturan dan bercampur-baur dengan berbagai bentuk kejahatan
Maka wajib bagi setiap muslim untuk berhati-hati darinya...
Dengan sungguh-sungguh berpegang teguh pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
Dan hendaknya kita juga harus waspada agar tidak menjadi penebar fitnah (bencana) atau mendatangi atau condong kepadanya
Sehingga kita akan terjebak didalamnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda...
"Bakal terjadi fitnah (pertumpahan darah), orang yang duduk ketika itu lebih baik daripada orang yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, yang berjalan lebih baik daripada yang berlari. Dan barangsiapa melibatkan diri ke dalamnya niscaya ia akan terseret kedalamnya" (Muttafaq 'alaih)
Mari kita semua; baik rakyat maupun penguasa, ulama maupun orang awam
Hendaknya saling bahu-membahu memadamkan api fitnah dengan berbagai corak tersebut
Dengan cara yang penuh hikmah dan nasihat yang baik
Sebab jika hal tersebut tidak kita lakukan, maka akibatnya akan sangat berbahaya, dan kesudahanya akan sangat menyakitkan
Allah berfirman...
"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya" (Al-Anfal: 25)
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa dunia ini adalah batu ujian dan cobaan
Allah berfirman...
"Agar Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya" (Huud: 7)
Dan bahwasanya kampung akhirat adalah tempat tinggal yang abadi
Orang yang berbahagia adalah yang diselamatkan Allah dari fitnah-fitnah (bencana-bencana)
Dan orang yang celaka adalah yang terseret kedalamnya dan menjadi penyeru kepadanya
"Semoga Allah memberikan keselamatan bagi kita semua"
MAKNA FITNAH
Fitnah adalah cobaan dan ujian
Dosa syirik disebut fitnah dan kekufuran juga disebut fitnah
Allah berfirman dalam kitab-Nya...
"Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi" (Al-Baqarah: 193)
Yaitu sehingga tidak ada lagi syirik dan kekufuran
Dalam ayat lain Allah berfirman...
"Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakanya" (Al-Ahzab: 14)
Namun istilah fitnah lebih banyak diucapkan untuk sesuatu berupa bala dan cobaan yang kerapkali memperdaya dan menyimpangan banyak orang dari jalan yang lurus
Sementara mereka tidak mampu mengatasinya, akhirnya mereka larut bersama bala dan cobaan tersebut
Itulah cobaan dan bala yang menyesatkan yang sangat dikhawatirkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam atas umatnya
Dalam sebuah hadits shahih beliau bersabda...yang artinya sebagai berikut :
"Menjelang hari Kiamat nanti bakal terjadi fitnah-fitnah seperti potongan malam kelam. Pada saat itu seseorang beriman pada pagi hari dan menjadi kafir pada sore harinya, beriman pada sore hari dan menjadi kafir pada pagi harinya. Ia menjual agamanya dengan materi dunia" (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Maknanya...
Apabila fitnah tersebut telah menimpa seseorang, ia akan terpedaya dan selanjutnya sesat serta menyimpang dari kebenaran dan petunjuk
"Ia menjual agamanya dengan nilai materi dunia!"
Fitnah-fitnah seperti ini telah banyak kita saksikan pada hari ini...
Oleh karena itu yang dapat bertahan dan sabar dalam menghadapinya hanyalah orang-orang yang diteguhkan Allah dan diberi-Nya karunia ilmu dan pengetahuan
SETAN-SETAN DARI KALANGAN JIN DAN MANUSIA
Setan telah meyakini bahwa dirinya telah binasa. Bahwa ia termasuk penduduk Neraka. Dan ia pasti masuk kedalamnya tanpa dapat menghindar sama sekali
Oleh karena itu ia berusaha menyesatkan bani Adam agar mereka bisa masuk bersama-sama ke dalam Neraka
Bahkan setan bersumpah untuk melakukan tekadnya itu
Allah Ta'ala berfirman...
"Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis diantara mereka" (Shad: 82-83)
Allah juga mengabarkan bahwa dikalangan manusia juga ada yang berperan sebagai setan
Allah Ta'ala berfirman...
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin" (Al-An'am: 112)
Mari kita perhatikan...
Allah Ta'ala mendahulukan penyebutan setan dari jenis manusia sebelum penyebutan setan dari jenis jin!
Sebab setan jenis manusia inilah yang mengajak kepada apa yang diserukan oleh setan jenis jin
Mereka mengajak kepada kekufuran, bid'ah dan maksiat, yang mana hal itu merupakan seruan setan
'Alim ulama menjelaskan bahwa setan senantiasa mengajak manusia kepada perbuatan dosa, mulai dari dosa yang paling besar sampai dosa yang kecil
Ibnul Qayyim menyebutkan dalam kitab Al-Bada'iul Fawaaid di akhir juz kedua sebagai berikut...
"Sesungguhnya setan mengajak manusia kepada 6 perkara
Ia baru melangkah kepada perkara kedua bila perkara pertama tidak berhasil dilakukannya...
· Mengajaknya berbuat syirik dan kekufuran
o Jika hal ini berhasil dilakukannya berarti setan telah menang dan tidak sibuk lagi dengannya.
· Jika tidak berhasil, setan akan mengajaknya berbuat bid'ah
· Jika sudah terjerumus kedalamnya, maka setan akan membuat bid'ah itu indah dimatanya
o Hingga dia rela dan setan pun membuatnya puas dengan bid'ah itu.
· Jika tidak berhasil juga, setan akan menjerumuskanya ke dalam dosa-dosa besar
· Jika tidak berhasil, setan akan menjerumuskannya kedalam dosa-dosa kecil
· Jika ternyata tidak berhasil juga, setan akan menyibukkanya dengan perkara-perkara mubah hingga ia lupa beribadah
· Jika tidak mempan juga, setan akan membuainya dengan perkara-perkara kurang penting hingga ia abaikan perkara-perkara terpenting
· Jika gagal juga, maka setan akan melakukan jurus tipu daya terakhir; jarang orang yang selamat darinya hingga para nabi dan rasul sekalipun
o "Yaitu mengerahkan bala tentaranya dari jenis manusia untuk menyerang orang-orang yang berpegang teguh dengan agamanya"
Oleh sebab itu kita biasa menemui setan-setan jenis manusia ada juga yang menyeru kepada kekufuran, syirik, mengajak orang berbuat dosa (baik dosa besar maupun kecil)
Jika tidak mampu, mereka akan membuat orang lalai dengan perkara-perkara mubah
Jika masih juga gagal, maka mereka memalingkan orang dari amal yang terpenting kepada amal yang kurang penting
Jika ternyata gagal, maka tidak ada jalan lain kecuali mengganggu dengan lisan, dengan tangan atau dengan gangguan model apa saja!
Maka seorang insan seharusnya tetap waspada dan menjauhkan diri dari setan-setan baik dari jenis jin maupun manusia.
JENIS-JENIS FITNAH
Hendaknya setiap muslim untuk mengetahui jenis-jenis fitnah
Agar kita dapat berjalan diatas ilmu dan keterangan yang nyata (jelas) hingga kita tidak terkecoh (terutama seorang pemuda)
Sebab jika Allah tidak memberinya akal yang cemerlang dan sikap santun serta pemahaman dan pengetahuan yang cukup mengenai fitnah ini niscaya banyak diantara mereka yang terkecoh dengan tipu daya setan, dengan mudah ia akan mengikuti setiap ajakan setan
Maka kita harus menyebutkan beberapa bentuk dan jenis fitnah pada zaman ini
Sebagaimana yang dimaklumi bersama, bahwa juru fitnah (kesesatan) tidak terang-terangan mengajak orang kepadanya. Namun ia mengajak melalui corong-corongnya, para penyebar dan para penyeru kepadanya
Merekalah yang disebut sebagai da'i-da'i penyebar kesesatan
Fitnah Ada 2 Jenis
Jenis Pertama:
Penyeru Kepada Syirik, Kekufuran, Kesesatan dan Penyebar Aqidah Menyimpang
Sesungguhnya merupakan fitnah zaman ini adalah merebaknya ajakan kepada perbuatan syirik, kufur dan sesat serta menyebarnya aqidah-aqidah yang menyimpang dimana-mana
Namun Allah telah meletakkan fitrah pada diri manusia untuk mengenal-Nya. Dan untuk mengakui-Nya sebagai Rabb dan ilaah (sesembahan)
Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya...
"(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (Ar-Rum: 30)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga telah menegaskan hal ini dalam sabdanya...
"Setiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah (muslim muwahhid), namun kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi. Sebagaimana seekor hewan melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna, adakah kamu dapati cacat padanya" (Muttafaq 'alaih)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskan bahwa seorang insan lahir ke dunia dalam keadaan yang sempurna, siap menerima kebaikan
Sekiranya ia dibiarkan begitu saja, niscaya ia dapat mengenali Rabbnya
Ia akan mengetahui apa yang diperintahkan kepadanya, serta menyadari bahwa ia tidak dibiarkan begitu saja
Ia dibebani tanggung jawab dan kewajiban
Akan tetapi disekitarnya ada faktor-faktor yang mempengaruhinya
Ada yang baik, yang akan menghidupkan fitrah dan nalurinya
Dan ada yang buruk, yang membelokkannya dari aqidah yang benar, hingga terjerumus dalam aqidah-aqidah sesat
Faktor berpengaruh tersebut bisa jadi dari orang tuanya sendiri , gurunya sendiri, teman-temanya atau orang lain yang ia temui dalam hidupnya...
Fitnah semacam ini bergerak mengajak orang kepada kesesatan dan kemaksiatan
Dengan ajakan seperti ini dan dengan metode yang penuh tipu daya ini tersebarlah berbagai macam kemaksiatan yang secara otomatis semakin banyak pula orang-orang yang mempromosikanya
Coba kita lihat, betapa banyak penyeru kekufuran, kebatilan dan kesesatan
Maka wajibkan diri kita mengawasi diri kita sendiri dan orang-orang sekitar (terdekat) kita;
"Apakah kita termasuk didalamnya?"
Tidak syak lagi bahwasanya siapa saja yang menggandrungi sebuah keyakinan, menyenanginya dan merasa puas dengannya, pasti senang bila keyakinan seperti itu semakin banyak penganutnya dan tersebar luas
Ia akan segera menawarkan keyakinan itu kepada orang lain dan berusaha agar orang lain menyukainya dan memandangnya bagus (tanpa ambil peduli dengan kesalahan dan kesesatan yang ada padanya)
Sebagai contoh...
Kita meyakini kesesatan kaum Nasrani, Yahudi dan Majusi
Siapa saja yang mempelajari dan mengetahui keyakinan mereka pasti yakin bahwa mereka jauh dari kebenaran
Walaupun begitu mereka meyakini bahwa mereka berada diatas kebenaran
Oleh sebab itu mereka berusaha sekuat tenaga menyebarkan keyakinan mereka melalui berbagai media
Apalagi sekarang ini gaya hidup kebanyakan orang islam sudah tidak jauh beda dengan mereka, jadi tidak sulit untuk menganggap biasa atau menganggap baik mereka
Juga menyebarkan juru-juru dakwah yang mereka namakan missionaris, namun pada hakikatnya mereka adalah penginjil dan penyebar kesesatan
Mereka ini fitnah terbesar yang telah berhasil menyesatkan banyak orang. Hanya orang-orang yang diselamatkan Allah Subhanahu wa Ta'ala saja yang terhindar dari bahaya mereka
Allah Subhanahu wa Ta'ala sengaja menjadikan mereka sebagai batu ujian dan cobaan bagi umat manusia
Dan dibalik semua itu ada hikmah yang besar dan bukti yang terang
Hikmah pula dengan adanya pesaing ini untuk kita lebih bersemangat memacu ummat ini (dalam ilmu dan amal)
"Jangan sampai usaha kita kalah dengan mereka"
Kalah dalam hal apapun, termasuk kalah pamor (seperti saat ini)...
Termasuk fitnah yang tersebar pada hari ini adalah ajakan-ajakan kepada aqidah yang sesat
Siapa saja yang meyakini sebuah aqidah sesat, maka aqidah itu akan menjadi kepercayaannya. Ia akan menyeru kepadanya dan mengangkat juru-juru dakwah untuk menyebar-luaskanya. Dan ia rela mengeluarkan hartanya (sekalipun aqidah itu batil jauh dari kebenaran)
Setan telah membuta-tulikan mata hatinya sehingga merasa dirinyalah yang benar dan memandang salah orang-orang yang menyelisihinya
Mari kita lihat...
Setiap ahli bid'ah pasti mengajak orang kepada bid'ahnya
Sebagai contoh...
Kaum Syi'ah Rafi-dhah, ajaran mereka telah tersebar luas di beberapa negeri Islam. Padahal jika kita menilik keyakinan mereka, pasti kita dapati sangat jauh dari kebenaran
Jika kita membaca buku-buku mereka, kita pasti akan terhenyak kaget melihat kisah-kisah khurafat dan dusta bertebaran disana-sini
Walau demikian, mereka bersungguh-sungguh dalam menyebarkan aqidah sesat tersebut
Bukan itu saja, bahkan mereka rela mengeluarkan harta yang berlimpah demi menjerat orang-orang jahil dan bodoh kedalamnya. Jarang orang yang selamat jika sudah terperangkap dalam jerat aqidah tersebut
Wal 'Iyadzubillah
Setan menutup mata mereka sehingga mereka merasa berada di pihak yang benar. Lalu mereka pun berusaha memperdaya orang lain supaya meyakini merekalah golongan yang benar, selain mereka adalah ahli bathil
Ternyata banyak sekali orang-orang jahil (terbelakang) yang terkecoh dengan cara-cara mereka
Mereka menampakkan kelembutan, kerendahan hati dan ketawadhu'an namun dibalik itu mereka berusaha menyeret orang kedalam aqidah yang sesat
Fitnah kelompok Syi'ah Rafidhah ini sudah sedemikian besar dan parah, banyak yang mulai mengagap baik mereka
"Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semoga kaum muslimin terhindar dari kejahatan dan bahaya mereka"
Kelompok menyimpang lainya seperti Khawarij yang juga merupakan ancaman serius
Mereka masih tetap bergentayangan dibeberapa negeri yang membuat api fitnah semakin marak
Demikian pula kaum sufi, ahli bid'ah yang mentakwil secara bathil sifat-sifat Allah
Mereka merupakan pemicu fitnah dan menyebar diberbagai belahan dunia
Dan masih banyak lagi kelompok-kelompok menyimpang lainnya
Maka sudah seyogyanya seorang insan yang berpegang teguh pada al Haq dan benar-benar meyakininya teruntuk benar-benar bersandar pada ad dalil serta menjauhkan diri dari juru-juru fitnah dan kesesatan tersebut
Jangan sekali-kali kita mendengar ajakan dan promosi mereka sekalipun kita seorang yang berilmu
Sebab keyakinan-keyakinan sesat ini ibarat racun dalam lemak Kelihatannya enak, menarik minat untuk memakannya
Namun di balik itu racun mematikan
Tujuan kami menyebutkan oknum-oknum juru dakwah yang menyesatkan serta bid'ah-bid'ah ini adalah sebagai peringatan bagi setiap muslim dari bahaya mereka dan bahaya bid'ah yang mereka serukan
Dan supaya kaum muslimin tidak bertumpu kepada mereka
Mari kita selalu berwaspada, berhati-hati terhadap setiap orang yang mengajak pada kekufuran, syirik, bid'ah dan kesesatan
Jenis Kedua:
Penyeru Kepada Maksiat dan Dosa yang Besar Maupun Kecil
Oknum-oknum yang mengajak berbuat maksiat dan dosa (yang besar maupun kecil) sangat banyak berkeliaran pada saat ini
"Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak memperbanyak jumlah mereka"
Banyak sekali fitnah dan musibah akibat kejahatan mereka
Mereka masuk kemana-mana, dikalangan kaum Yahudi terdapat para penyeru maksiat, demikian pula pada kaum Nasrani, musyrikin, mulhidin, komunis
Bahkan dikalangan kaum muslimin dan lebih khusus lagi dikalangan Ahlus Sunnah juga terdapat penyeru pada maksiat
Demikian pula dikalangan kaum Syi'ah Rafidhah, Mu'tazilah dan kelompok-kelompok bid'ah lainnya, dikalangan mereka terdapat penyeru maksiat
Penyeru kepada maksiat lebih dominan daripada yang lain, bencana yang mereka timbulkan juga lebih besar
Tidak ada jalan alternatif lain bagi seorang muslim untuk menyelamatkan diri dari bencana tersebut
Kecuali dengan menyadari bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengharamkan segala perbuatan maksiat
Dan hendaknya ia mengetahui bahwa oknum-oknum yang mengajak berbuat maksiat pada hakikatnya mengajak supaya orang lain meniru mereka
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan perkara yang halal dan yang haram
Juga telah menetapkan sanksi dan hukuman atas perbuatan haram dan mengancam pelakunya dengan siksaan yang pedih
Disamping itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menganjurkan hamba-Nya berbuat taat dan berpegang teguh denganya serta selalu mengerjakan amal-amal shaleh
Dan Allah telah menjanjikan pahala yang besar bagi yang mengamalkannya
Namun meski demikian, oknum-oknum yang menggandrungi perbuatan dosa dan maksiat tetap akan ngotot menyebarkannya
Jika hati bertanya...
"Apa yang mereka inginkan dibalik maksiat dan dosa yang mereka sebarkan ke mana-mana?"
"Bukankah mereka mengetahui bahwa Allah telah mengharamkanya?'
"Bukankah mereka juga menyadari bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengazab orang-orang yang berbuat maksiat?"
"Lalu apa yang mereka inginkan?"
Jawabnya...
Itulah fitnah dan bala zaman ini!
Allah Subhanahu wa Ta'ala menguji hamba-hamba-Nya dengan fitnah tersebut
"Barangsiapa selamat berarti merekalah orang-orang yang dikehendaki baik oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala
Barangsiapa binasa, maka merekalah orang-orang yang dikehendaki sesat oleh-Nya"
Wal 'Iyadzubillah
Beberapa Contoh Maksiat yang Umum dan Sudah Merata di Tengah-Tengah Ummat Saat Ini
1-Menenggak Minuman Keras
Meminum minuman keras termasuk fitnah (ke-mungkaran) besar yang banyak menimpa para pemuda Islam saat ini
Tidak hanya sebatas menenggaknya saja, bahkan juga mengajak orang lain pada kemungkaran yang besar ini
Setiap orang yang kecanduan minuman keras, pasti mengajak orang lain untuk mencicipinya
Sebab ia sudah terlanjur sayang dan suka (menggandrunginya), karena itulah ia ingin agar semakin banyak orang yang mengikuti dan membantunya, sehingga tidak ada orang yang mencegahnya
Ia akan berkata kepada orang yang mendakwahinya:
"Mengapa Anda terlalu pelit terhadap diri sendiri? Mengapa Anda tidak ikut bersenang-senang menikmati kelezatan ini?"
Demikianlah ia terus merayu, sehingga orang yang jahil akan terperosok dalam perbuatan maksiat ini!
Dan bila sudah jatuh kedalamnya, ia akan terjerat hingga sangat sulit untuk melepaskan diri
"Jatuhlah kedalam kemungkaran besar ini; yaitu minum minuman keras beserta pergaulanya"
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman...
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamr (arak) dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu) (Al-Ma'idah: 90-91)
2-Mendengarkan Lagu dan Alat-alat Musik
Termasuk fitnah (kemungkaran) yang banyak tersebar sekarang ini adalah mendengarkan nyanyian dan alat-alat musik
Orang-orang yang kecanduan alat-alat musik dan hobi mendengarkan musik, lagu dan sejenisnya suka jika semakin banyak orang yang mempunyai kegemaran sama seperti mereka
Oleh karena itu, pecandu musik dan lagu tahu jika kita semua menentang mereka, maka kita akan mengekang mereka, menyusahkan dan merendahkan mereka
Sehingga dengan itu mereka akan rendah dan hina serta tidak dapat memuaskan dirinya dan menampakkanya, mempromosikan kehendak nafsunya
Bilamana banyak orang-orang yang mendukung mereka dan banyak pula orang-orang yang meniru, membantu dan mengikuti mereka, maka dengan leluasa mereka membuka tempat-tempat hiburan, night club, music house, kafe-kafe, diskotik-diskotik, tempat-tempat karaoke dll
Merekapun mengajak orang lain ke tempat itu
Pengaruh mereka terhadap orang-orang jahil adalah cobaan dan bala'
Dengan cobaan itu Allah meneguhkan orang-orang yang berakal dan menyesatkan orang-orang yang kurang berilmu dan kurang terjaga (menyimpang)
3-Mengisap Rokok
Mengisap rokok termasuk fitnah (wabah) besar yang pada hari ini hampir tidak ada satupun rumah yang selamat dari asapnya!
Kecanduan mengisap rokok telah melanda setiap lapisan
Dan banyak pula oknum-oknum yang menyeru pada wabah rokok ini (yang lebih tepat disebut: "penyakit dan bala'!")
Mengapa!
Sebab para perokok ingin agar semakin banyak orang yang kecanduan rokok. Sehingga tidak ada lagi yang berusaha mencegahnya
Ajakan para pengisap rokok ini termasuk fitnah
Bila ia melihat seorang jahil, ia akan berusaha mempengaruhinya supaya merokok, seperti mempengaruhi teman-temanya
Mereka kebanyakan terpengaruh dengan jumlah mereka yang banyak tanpa melihat kedangkalan akal dan faham para perokok itu (kurang hati-hati dalam pergaulan dan bahayanya)
Lama-kelamaan ia akan mengikuti kebiasaan mereka.
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya Dia akan melindungi serta menjauhkanya dari pergaulan buruk tersebut
Dan barangsiapa dipengaruhi mereka, maka hendaklah berhati-hati dan waspada terhadap ajakan dan seruan mereka
Sebab bahaya ini (mengisap rokok) telah merata dimana-mana dan telah meminta banyak korban"
4-Eksploitasi Kaum Wanita
Termasuk dalam deretan fitnah zaman ini adalah eksploitasi kaum wanita
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa wanita itu adalah salah satu fitnah yang terbesar. Beliau bersabda...
"Berhati-hatilah dari godaan dunia dan waspadai-lah rayuan kaum wanita, sebab fitnah pertama kali yang menimpa bani Israil adalah fitnah wanita" (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebut wanita sebagai fitnah (sumber godaan). Dan rasul juga telah mengabarkan bahwa bani Israil tersesat karena fitnah (godaan) wanita
Pada zaman sekarang ini eksploitasi kaum wanita begitu banyak tersebar dimana-mana
Mayoritas kaum hawa sekarang berani bersolek dan menampakkan lekuk tubuh mereka di pasar dan di jalan-jalan. Memamerkan segala macam aksesioris dan perhiasannya tanpa peduli syariat, dan inilah awal dari dukungan ekploitasi wanita tersebut
Jika Allah menghendaki kita terkena godaan...
Maka kita akan menyorotkan mata atau melirikkan pandangan (pada godaan wanita)
Hingga dikhawatirkan kita akan terkena godaan daya tarik nafsu
Dan terpedaya hingga timbul syahwat terlarang yang mendorong berbuat apa yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta'ala (berzina)
Atau pengantar padanya, seperti berdua-duan tanpa mahram, berpacaran dll
Memang, wanita adalah godaan yang paling besar!
Termasuk diantaranya eksploitasi kaum wanita adalah melalui tv dan film-film
Ini merupakan musibah dan malapetaka begitu besar
Demikian pula foto-foto mereka di majalah, koran-koran dan sampul barang-barang tertentu
Mereka sengaja memilih wanita-wanita cantik agar menarik minat orang, khususnya para pemuda
Dan yang lebih berbahaya lagi adalah munculnya foto-foto mereka dalam keadaan bugil atau setengah bugil yang diproduksi dengan kamera-kamera canggih dan ditebar via parabola dan internet
Nas`alullah al-'afiyah was salaamah...
Tidak diragukan lagi hal ini termasuk bencana terbesar zaman ini
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
"Barangsiapa mensucikan dirinya, pandanganya tidak akan tertuju pada perkara haram itu
Dan tidak akan menuruti kehendak syahwat dalam hatinya pada wanita-wanita itu
Barangsiapa dipelihara dan dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, niscaya Dia akan menjauhkanya dari fitnah tersebut
Dan niscaya Dia akan memasukkanya kedalam golongan orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta'ala kehendaki kebaikan bagi diri mereka"
5-Fitnah Harta
Termasuk fitnah zaman ini adalah harta benda dunia yang banyak menguasai hati manusia
Sehingga kita lebih mengutamakan dan mengedepankan harta daripada menunaikan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta'ala, meski sudah waktunya (semisal shalat)
Kita tidak peduli dengan cara apa memperoleh harta benda itu; "dengan cara yang halal atau haram"
Ini termasuk bencana yang sudah merata, dan banyak orang yang mengajak demikian
Pada hari ini banyak kita temukan orang-orang yang berbangga-bangga dengan harta yang banyak
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman...
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu" (At-Takatsur: 1)
"Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab" (
Betapa banyak orang-orang yang tergoda dengan harta benda dunia. Dan betapa banyak pula orang yang bertanya-tanya...
"Bagaimana si Fulan dapat mengumpulkan harta sebanyak itu hingga ia kaya raya dan dapat membangun istana-istana, memiliki ini dan itu didalam dan luar negeri?"
Hingga ia pun berangan-angan dan akhirnya condong pada harta dunia
Dan betapa banyak orang yang terpedaya dengan cobaan harta ini
Mereka mengumpulkan harta tanpa peduli halal-haram
Akhirnya mereka terjerumus dalam praktek riba, penipuan, suap-menyuap, dan lainnya
Semua itu karena ambisinya mengumpulkan harta
Sekalipun dengan cara mencuri, korupsi, menggelapkan harta negara tanpa hak dll
Maksudnya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbanyak dan mengembangkan hartanya sehingga ia bisa seperti si Fulan dan si Fulan!
Apabila telah memperoleh harta yang banyak, maka mereka habiskan untuk berfoya-foya, memuaskan syahwat, mengenakan pakaian-pakaian yang disukai, tanpa memperhatikan batas halal-haramnya lagi
Seperti memanjangkan pakaian melebihi mata kaki (isbal), meniru-niru pakaian orang kafir, berekreasi ke negeri-negeri Eropa (negeri kafir), dan menyorotkan mata sesuka hati pada perkara-perkara yang terlarang sebagai pemuas nafsu diri mereka
Demikianlah musibah menjadi begitu besar...
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menegaskan bahwa harta adalah cobaan
Dan yang beliau takutkan atas kita adalah harta dunia yang dibentangkan dan gemerlap dunia yang Allah Subhanahu wa Ta'ala keluarkan bagi kita Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman...
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan disisi Allah-lah pahala yang besar" (At-Taghabun: 15)
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala jualah yang telah meng-anugerahkan (amanah) harta benda tersebut
Kemudian menjadi cobaan bagi kita, hamba yang menerimanya
"Apakah kita akan tergelincir dalam perkara haram disebabkan harta itu?"
"Apakah kita akan membeli barang-barang terlarang karena tidak puas dengan yang dibolehkan?"
"Ataukah kita akan gunakan untuk memuaskan nafsu sekalipun dengan perkara yang haram!? "
"Mari kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala keselamatan dari segala kejelekan"
6-Fitnah Ajakan Kepada Penyimpangan dan Kesesatan
Termasuk fitnah zaman ini adalah ajakan dan seruan kepada berbagai jenis penyimpangan dan kesesatan
Banyak orang-orang yang mengajak padanya berasal dari kalangan kaum kafir atau datang dari negeri akfir, serta orang-orang fasik yang datang pada kita dengan gelar-gelar mentereng seperti guru besar, instruktur, insinyur, arsitek, doktor, orang pintar dan sejenisnya dan orang-orang awam menggelari mereka dengan sebutan 'tenaga ahli'
Banyak dari mereka kemudian menjadi orang-orang yang membenci dan dengki pada kita
Sebab kita berpegang teguh dengan aqidah yang benar
Dan kita hanya takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala
Mereka dengki kepada kita dan berusaha menjerumuskan kita pada kehancuran yang mereka alami
Maka merekapun mengajak orang berbuat seperti mereka
Sekalipun mereka tidak mengatakanya terang-terangan. Namun mereka mencontohkannya melalui perbuatan untuk memperdaya kita
Mereka itulah juru fitnah yang terbesar!
Hendaklah kita selalu waspada pada mereka
Jangan sekali-kali memuliakan dan menghormati mereka, sebab sudah banyak orang yang menjadi korban, yang akhirnya condong pada mereka, memuji-muji mereka
Mereka seringkali rela menjual agama atas nama beasiswa dan alasan lainya demi mendapatkan ilmu dan
(+ Tambahan contoh untuk lebih jelas : JIL-Jamaah Islam Liberal)
Anehnya mereka kadang suka bicara tentang agama, namun malah mencela agama ini. Mereka senang bicara tentang islam padahal hati mereka tiada didalamnya dan jauhnya mereka tentang ilmu agama ini. Dan tak lain mereka hanyalah tertipu dengan akal dan prasangka mereka sendiri
Melecehkan aqidah kita baik sadar maupun tidak
Orang-orang yang kembali dari negeri mereka (kafir) seringkali "kritis pada kita dan sebaliknya memuji orang kafir"
Membenci pendahulu-pendahulu kita dari orang beriman
Melecehkan ibadah-ibadah yang kita lakukan
Dan begitu tinggilnya kedudukan orang-orang kafir dan fasik dalam pandangan mereka
Serta mengatakan...
"Kalian hanya pandai beribadah saja!"
"Kalian hanya memiliki buku-buku agama saja!"
"Kalian tidak bisa begini dan begitu!"
"Sementara mereka telah berhasil menciptakan ini dan itu! "
Maka setan pun memperdaya mereka
Sehingga orang-orang kafir dianggap lebih hebat daripada kita. Lebih pintar dan maju ilmu pengetahuannya, lebih kuat jasmaninya, lebih ahli dan lebih mahir daripada kita kaum muslimin
Mereka benar-benar tidak tahu bahwa orang-orang kafir itu memang disegerakan bagi mereka kenikmatan-kenikmatan di dunia
Mereka adalah orang-orang yang sibuk mengurus dunia serta meninggalkan akhirat
Sebagaimana yang digambarkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya...
"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai" (Ar-Rum: 7)
Wahai saudaraku, janganlah sekali-kali kita terpedaya dengan orang-orang seperti ini..
Baik mereka mengajak kita dengan lisan atau perbuatan
Misalnya ia seorang guru...
ia mengajak dengan ucapanya, ia hiasi perkataanya sehingga tiap untaian katanya menarik untuk kita dengar
Ingat, dibalik itu terdapat racun yang mematikan
Bahaya mereka begitu besar
Hanya orang yang Allah beri keteguhan serta ilmu yang dapat lolos dari mereka
Namun bagi yang lemah aqidahnya
Ia pasti terpedaya oleh mereka
Ia akan melatahi guru sesat tersebut
Atau minimal meyakini guru sesat itu punya kelebihan, punya keahlian, punya pangkat dan kedudukan yang tinggi
Ia akan menyanjungnya mati-matian bahwa dia punya keahlian ini, punya kepandaian itu dan lain sebagainya
Lantas ia akan mengikuti dan membenarkan seluruh ucapannya
Hingga ia terseret dalam ajakan guru sesat itu, maka kejahatan dan kerusakan semakin meluas.
Itulah salah satu malapetaka akhir zaman!
Demikian pula yang datang dengan gelar insinyur, arsitektur, developer, instruktur dan lainnya yang bergerak dibidangnya masing-masing
Banyak orang-orang jahil terpikat dan gandrung pada mereka tanpa menyadari bahwa mereka itu sebenarnya budak-budak dunia
Tanpa mengingat bahwa mereka adalah orang kafir dan fasik yang tidak pernah ke masjid
Tidak pernah menunaikan shalat dan tidak pernah membaca Al-Qur'an
Seorang muslim yang celaka tanpa terasa telah menyanjung-nyanjung mereka, terpedaya pada mereka
Memuji mereka dengan sifat amanah, faham, kuat dan bertanggung jawab dalam menangani tugas
Orang-orang jahil yang kepincut dengan mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka melakukan hal itu untuk memperdaya kita
Dan agar orang lain memuji mereka, sekalipun pekerjaan mereka serampangan
Maka kita katakan pada orang jahil tersebut...
"Apabila saudara mengagumi mereka
"Belajarlah baik-baik seperti mereka lalu terapkan!"
"Dengan catatan pelajarilah hal-hal yang bermanfaat saja dan buang jauh-jauh kejelekan mereka"
Sebab, bukankah kita telah mengetahui bahwa niat mereka buruk?
Meskipun mereka dikaruniai ilmu pengetahuan duniawi
Tak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan
Dan bagi diri kita adalah sebuah ujian
7-Promosi-promosi Terselubung
Termasuk fitnah pada hari ini adalah promosi-promosi terselubung yang banyak disebarkan oleh orang-orang kafir dan fasik melalui saluran-saluran komunikasi (program-program radio dan televisi), majalah, koran, buku dan selebaran-selebaran
Orang-orang jahil kembali menjadi korban dengan mengkonsumsi barang-barang itu
Mereka pun percaya denganya
Meyakini kebenaranya
Dan akhirnya terpedaya
Lantas mereka sendiri pula yang ikut menyiarkanya
Mengagumi keyakinan dan ibadah orang-orang kafir dan fasik itu
Serta mengagumi karya-karya mereka dan menyebarkanya melalui tulisan-tulisan dan
Orang-orang awam melahap semua itu melalui siaran-siaran radio dan tv yang mereka pancarkan dan buku-buku serta koran-koran yang mereka sebarkan
Hal ini merupakan bahaya besar yang dapat menerkam setiap orang jahil yang tidak punya tameng ilmu untuk menangkis syubhat-syubhat tersebut
Bisa saja hatinya terkena syubhat-syubhat itu lalu ia akan sulit melepaskan diri darinya
Jika syubhat yang disebarkan oleh juru dakwah, kaum fasik dan orang-orang yang punya maksud jelek serta para ahli bid'ah melalui siaran-siaran dan buku-buku ini menimpa seseorang maka tidak akan selamat darinya kecuali orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup
Sehingga ia dapat membantahnya dan menjelaskan kesesatan-kesesatan yang terdapat didalamnya pada orang lain
8-Berteman Dengan Anak-anak Nakal
Termasuk fitnah pada zaman ini yang tidak kalah berbahaya adalah teman-teman yang nakal
Seorang insan bisa saja terpengaruh oleh temannya, ayahnya, saudaranya atau sahabatnya. Sehingga ia berbuat seperti tingkah laku teman-temanya itu
Sementara teman-temannya itu adalah anak-anak nakal yang selalu mengajaknya berbuat maksiat dan menjauhkanya dari ketaatan
Jelas, berteman dengan anak-anak nakal ini merupakan fitnah (bahaya) yang sangat besar
Jalan yang harus ditempuh seseorang untuk melepaskan dirinya dari bahaya ini adalah senantiasa bersabar dan terus memperteguh kesabaranya
Memegang teguh kebenaran walau bagaimanapun kondisinya
Hendaknya kita bersabar apabila teman sekelas kita atau kawan sekantor kita seorang yang fasik dan suka berbuat maksiat, lalu mengejek kita karena kita meninggikan kain celana sementara ia musbil (mela-buhkannya hingga melebihi mata kaki)
Atau mengejek kita karena memanjangkan jenggot sementara ia mencukurnya
Atau mengejek karena kita bersikap zuhud, wara', selalu menjaga shalat 5 waktu berjama'ah, tidak menonton film dan tidak mendengarkan musik. Bahkan kadang ia mengajak kita meninggalkan ketaatan-ketaatan tersebut dan merayu kita untuk menyertainya berbuat maksiat dan kemungkaran
Jika demikian kondisinya...
Hendaklah kita bersabar dan jangan sekali-kali terpedaya denganya
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan jalan keluar bagi diri kita
Karena teman-teman yang fasik itu -siapapun orangnya- memang sangat besar bahayanya
Mereka itu bisa saudara, ayah, anak, teman, guru kita atau yang lain
Oleh sebab itu kita harus sangat berhati-hati, karena pergaulan dengan siapapun akan sangat besar pengaruhnya
Ucapan yang sering terdengar (meski tidak kita ridhai) juga tetap akan berpengaruh (menjadi fitnah) pada diri kita
"Seorang insan yang diberi karunia ilmu pengetahuan meyakini bahwa ia berada diatas kebenaran pasti tidak akan terpedaya dan condong kepada mereka"
BAGAIMANA SOLUSINYA?
"Jalan itu adalah menuntut ilmu dan beristiqomah didalamnya!"
Ilmu merupakan jalan keselamatan dari fitnah-fitnah tersebut
Yaitu ilmu yang benar sebagai faktor utama penjamin keselamatan dari fitnah tersebut
Setiap orang yang mendapat karunia ilmu maka ia berada dibawah naungan cahaya terang yang berfungsi sebagai alat untuk mengetahui cara selamat dari kebinasaan
Ilmu yang dimaksud disini adalah...
Ma'rifatullah (mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan dalil-dalil), memahami syariat-Nya, hak-hak-Nya, hukum-hukum-Nya, janji-janji serta ancaman siksa-Nya
~ ~ ~
Pertama kali...
Camkan pada diri kita bahwa kita adalah hamba Allah
Kita tidak diciptakan-Nya secara sia-sia
Menyadari bahwa Dia-lah Rabb yang telah menciptakan kita, dan mengatur kita
Merenungi hal itu dengan melihat tanda-tanda kebesaran-Nya baik yang tersirat maupun yang tersurat
Yakinilah bahwa Dialah Allah yang mengatur dan memiliki diri kita
Yang telah mencurahkan nikmat-nikmat-Nya yang tiada terhingga kepada kita
Mari ketahui bahwa kita hanyalah seorang makhluk-Nya
Milik Sang Pencipta dan Pemberi rezeki
Kita sangat membutuhkan-Nya setiap saat dan kita telah menikmati nikmat-nikmat-Nya terus mengalir tiada henti
Lalu mari kita sadari bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membebani kita, yaitu dengan perintah dan larangan-Nya
Allah memerintahkan dan mewajibkan kita beribadah
Serta melarang dan memperingatkan kita dari perkara haram supaya dijauhi
Perkara-perkara diatas wajib kita ketahui
Mari kita pelajari dan tekuni karena hal itu tidaklah sulit
Mari kita baca dan simak Al-Qur'an dan kitab-kitab As-Sunnah (seperti Shahih Al-Bukhari, Muslim dan lainnya)
Disana pasti kita dapati pelipur lara dan obat yang manjur untuk setiap penyakit
Disana juga akan kita dapati kewajiban-kewajiban ibadah seperti shalat, thaharah (bersuci), dan rukun-rukun Islam lainnya
Didalamnya juga terdapat keterangan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan perkara-perkara mubah yang boleh kita nikmati untuk menyambung hidup, dan juga menjelaskan perkara-perkara haram dan sejenisnya
Jika hal itu sudah kita fahami, maka selanjutnya mari kita ketahui bahwa disana ada pahala dan ada siksa
Yaitu bilamana seorang hamba menjaga kewajiban-kewajiban ibadah itu, niscaya Allah akan memberinya pahala
Demikian pula bila ia menjauhi perkara haram semata-mata melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, ia akan diberi pahala yang besar
Dan mari kita sadari bahwa jika kita melakukan perkara haram itu atau menganggapnya remeh (menganggapnya hal biasa sehingga kita langgar), niscaya Allah akan menyiksa kita
Apabila kita meninggalkan kewajiban, maka Allah akan menyiksa kita karenanya
Dan siksaan itu ada yang Allah segerakan dan ada pula yang ditangguhkan, sebagaimana juga halnya pahala
Bilamana semua itu telah kita resapi, apakah kita masih juga berbuat durhaka kepada Allah?
Apakah kita masih juga terkecoh lantas berbuat maksiat?
Maka dari itu, mari kita pelajaril aqidah yang benar agar kita tidak tertipu oleh juru-juru dakwah yang sesat, para ahli bid'ah, mu'tazilah dan lainnya
Mari kita ketahui bahwa aqidah kita akan senantiasa lurus selama kita mempelajari aqidah Ahlus Sunnah dan berpegang teguh denganya
Selanjutnya setelah kita mengetahui perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala, pahala dan siksa-Nya, jangan sekali-kali kita terima ajakan yang membuat diri kita malas beribadah dan menjerumuskan kita dalam perbuatan haram
"Anggaplah orang yang mengajak itu sebagai juru-juru kesasatan dan fitnah, yang merupakan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap orang-orang jahil
Dan ingatlah, kepada siapa kita berlaku dosa dan maksyiat; yaitu "kepada Allah"... (bukan pada besar-kecil dosa)"
~ ~ ~
Mengetahui perkara-perkara tersebut merupakan asas dalam meraih keselamatan
Demikianlah terapi yang sangat gampang dan mudah
Dan alhamdulillah, di negara kita ini sarana dan prasarana menuntut ilmu mudah didapatkan apalagi dukungan teknologi saat ini, Sarana-sarana itu adalah sebagai berikut:
Majlis-majlis ilmu
Banyak sekali majlis-majlis ilmu yang diasuh oleh para alim ulama, mereka membacakan kitab-kitab ilmu disela-sela waktu luang kita bisa mempelajari aqidah, hukum, nasihat-nasihat dan ilmu-ilmu lainnya
Jangan kita terlalu terpaku dengan pelajaranmu di sekolah atau madrasah yang hanya diperoleh dari guru saja
Karena umumnya mereka tidak memberikan porsi materi pelajaran yang memadai.
Rajin bertanya
Banyak sekali ulama-ulama yang dapat kita hubungi melalui telepon ataupun tatap muka langsung, supaya kita dapat memetik ilmu yang bermanfaat dan benar melalui mereka
Buku-buku yang bermanfat
Banyak sekali buku-buku karangan ahli ilmu yang telah dicetak dan revisi
Sehingga terjaga keakuratan dan kevalidan penisbatan buku-buku itu kepada penulis aslinya
Mereka adalah ulama pewaris nabi yang dapat dipegang ucapannya. Sandaran mereka adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah
Kita dapat memiliki buku-buku tersebut lalu kita baca dan telaah
Dan pergunakanlah kitab-kitab syarah yang dapat dipercaya dan steril dari bid'ah-bid'ah untuk membantu kita memahaminya
Dengan demikian aqidah dan ilmu yang kita miliki dapat terjaga dan tidak ternodai
Jangan sampai kita campur-adukkan ilmu yang benar dengan ilmu yang menyimpang
Sebab disana banyak sekali beredar buku-buku ahli bid'ah, seperti buku-buku Syi'ah Rafidhah, Al-Asy'ariyah, Mu'tazilah dan lain-lain
Buku-buku tersebut ciri-cirinya sangat jelas, bisa kita kenali penulisnya, apakah ia seorang syi'i rafidhi atau seorang mu'tazili, asy'ari atau yang lainnya
Jauhilah buku-buku mereka dan jangan sekali-kali membacanya
Jika kita tidak tahu buku yang harus kita baca, tanyakan saja pada para ulama
Buku apa saja yang harus kita baca dan buku apa saja yang harus dijauhi
Semoga kita menjadi seorang yang alim tentang Dienullah yangs ebenar-benarnya ilmiyyah berdasar addalil
Insya Allah...
"Dengan jalur ilmu dan istiqomah inilah kita akan selamat dari segala fitnah dan kehancuran"
MARI CAMKAN NASIHAT INI!
"Sesungguhnya jalan keselamatan hanyalah satu, yaitu jalan Allah yang lurus"
Yang telah Allah sebutkan dalam firman-Nya...
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya" (Al-An'am: 153)
Telah dinukil dari sebuah hadits shahih bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menarik sebuah garis lurus, lalu menarik garis-garis ke kanan dan ke kiri dari garis yang lurus itu
Kemudian beliau bersabda...
"Inilah (garis lurus) jalan Allah, sementara garis-garis kekanan dan kekiri itu adalah jalan-jalan setan" , kemudian beliau membaca ayat: "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya" (HR. Ahmad dan Ad-Darimi)
Sebagian ulama mencontohkan dengan pelepah kurma yang menjulur hingga ke tanah. Sekiranya seekor serangga merayap naik melalui batangnya, niscaya ia akan sampai keatas dan dapat menikmati buah kurma yang diinginkannya, artinya ia telah selamat sampai ke tujuan
Lain ceritanya jika ia naik melalui pelepah daun kurma yang menjulur ke kanan dan ke kiri itu, baru saja ia mencoba merayap naik pasti sudah terjatuh. Batang itulah jalan Allah, sementara pelepah daun kurma itu adalah jalan-jalan setan. Jalan Allah yang merupakan shiratul mustaqim sangat jelas terlihat
Sekarang ini kita berada pada zaman serba terasing
Sebagaimana yang disebutkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah hadits...
"Dienul Islam itu pada mulanya asing dan akan kembali menjadi asing sebagaimana pada awalnya, maka Thuubaa (kebahagian/surga bernama thuu-baa) bagi para ghuraba'" (HR. Muslim)
"Mereka adalah orang-orang yang memelihara agamanya dari fitnah-fitnah"
Setiap kali fitnah datang menimpa harta, diri dan agamanya, ia akan menjauh menyelamatkan diri hingga agamanya tetap terjaga
Sebagaimana disebutkan Rasu-lullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah hadits... yang artinya sebagai berikut :
"Pada akhir zaman nanti sebaik-baik harta kalian adalah kambing-kambing yang digembalakannya di puncak-puncak bukit dan tempat-tempat penggembalaan, menjauhkan diri dari fitnah-fitnah demi menjaga agamanya"
Orang-orang yang menjaga nilai-nilai agamanya merekalah yang disebut ghuraba', dan merekalah yang mendapat do'a dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Berbahagialah para ghuraba'!"
Seorang muslim hanya selamat dengan memegang teguh nilai-nilai agamanya, ia harus mendahulukanya daripada yang lain
Seperti yang disebutkan dalam hadits... yang artinya sebagai berikut :
"Apabila datang cobaan/fitnah menimpamu, maka korbankan hartamu. Jika tidak dapat diatasi dengan harta, maka korbankanlah dirimu. Jangan sekali-kali kamu korbankan agamamu!"
Mari kita camkan nasihat tersebut...
~ ~ ~
Kami berharap semoga setiap muslim dapat mengembanya dengan sebaik-baiknya
Kita memohon kepada Allah semoga Dia mengajarkan kita ilmu yang bermanfaat
Dan menjadikan kita orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya
Kita berlindung kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu', doa yang tidak dikabulkan
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menunjukkan kebenaran kepada kita dan memberikan kekuatan bagi kita untuk mengikutinya
Dan menampakkan kebatilan kepada kita serta memberikan petunjuk kepada kita untuk menjauhinya
Tidak menjadikannya samar sehingga kita tersesat
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semoga Dia mengokohkan agama ini yang merupakan pelindung segala urusan kita
Dan menghindarkan kita dari fitnah-fitnah yang nyata maupun terselebung
Sesungguhnya Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui
Shalawat dan salam semoga tercurah atas junjungan kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, atas keluar-ga dan segenap sahabat beliau
"Mudah-mudahan bermanfaat bagi orang yang ingin memetik faidah dan menjadi peringatan bagi para pencari ibrah (pelajaran)"
Aamiin...
www.pecinta-sastra-Indonesia.co.ir
FB : Ibnu Afdhol