Kamis, 17 Desember 2009

pelangi malam

Pelangi malam

Pelangi di malam hari

Sungguh indah ku nanti

Tapi mata tak bisa melihatnya

Pelangi di malam hari

Secuil keajaiban

Membutakan mata

Indahnya tak terlihat

Warnanya hanya kelam

Atau butakah mata ku!!

Pelangi di malam hari

Memang menusuk hati

Indahnya tak terlihat

Warnanya hanya gelap

Sungguh mata ku telah buta

Dan hatiku tak lagi bisa merasa

Hanya karena cinta

111009

pudarnya pesona clopatra

Pudarnya Pesona Cleopatra


Habiburrahman El Shirazy



Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku telah
dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal.” Ibunya Raihana adalah teman karib
ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu” kata ibu.
“Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh
tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu” , ucap beliau dengan nada mengiba.
Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan
ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun
untuk itu aku harus mengorbankan diriku.
Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya
dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya.
Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa
berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran)
sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun.
Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante
Lia mengakui Raihana cantik, “cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli ! kata
tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir
titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung
indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang
pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi
usahaku selalu sia-sia.
Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan
datang. Duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah
dengan empat group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat
Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya
harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai.
Rabbighfir li wa liwalidayya!
Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena
aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya.
Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku.
Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang.
Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup
berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang
bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang
lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat,
rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku
mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya
kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak
acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja.
Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia,
keberadaanku sia-sia.
Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang
berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab ” tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku
belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga” Ada kekagetan yang
kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil ‘mbak’, ” kenapa mas memanggilku mbak, aku
kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku” tanyanya dengan guratan wajah yang sedih.
“wallahu a’lam” jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk,
tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, “Kalau mas tidak mencintaiku,
tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah?
Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak
bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk
membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi
pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini”. Raihana mengiba penuh pasrah.
Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari
terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi
Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku.
Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis maghrib, bibirku
pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi,
Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan
khawatir. “Mas tidak apa-apa” tanyanya dengan perasaan kuatir. “Mas mandi dengan air
panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih” lanjutnya. Aku melepas
semua pakaian yang basah. “Mas airnya sudah siap” kata Raihana. Aku tak bicara sepatah
katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah
berdiri didepan pintu membawa handuk. “Mas aku buatkan wedang jahe” Aku diam saja.
Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan.
Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak
dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. ” Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin
diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?” Tanya Raihana sambil
menuntunku ke kamar. “Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus
kulakukan untuk membantu Mas”. ” Biasanya dikerokin” jawabku lirih. ” Kalau begitu kaos
mas dilepas ya, biar Hana kerokin” sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku
seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku
dengan sentuhan tangannya yang halus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku
semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat
Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan
khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis
mesir titisan Cleopatra.
Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam
di istananya.” Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan
denganmu” kata Ratu Cleopatra. ” Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran,
aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu”. Aku mempersiapkan
segalanya. Tepat pukul 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian
pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias
berlian.
Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba ” Mas, bangun, sudah jam setengah
empat, mas belum sholat Isya” kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan
perasaan kecewa. ” Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat
Isya” lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam.
Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak
suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah,
bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.
Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa
tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku
belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa
dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.
” Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk
ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dielukelukan
keluarga tidak datang” Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada
Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan
segelas wedang jahe.
Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. ” Maaf..maaf jika mengganggu
Mas, maafkan Hana,” lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang
kerja. ” Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau
tercekak dalam tenggorokan. ” Ya Mas!” sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan
pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia
dipanggil “dinda”. ” Matanya sedikit berbinar. “Te..terima kasih Di..dinda, kita berangkat
bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah,” ucapku sambil menatap wajah Hana
dengan senyum yang kupaksakan.
Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. ”
Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan?
Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?”.
Hana begitu bahagia.
Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku
dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang
wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya
belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memakimaki
diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi, setetes embun cinta yang
kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu?
Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku
sendiri di dunia ini.
Acara pengajian dan qiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah
baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga,
disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. “
Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga!
Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain.
Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku
menangis disebut pasangan ideal.
Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya
dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya,
saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang
tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik
meneteskan rasa bahagia.
Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana.
Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana
yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak
pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya.
Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan
sikapku. Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. ”
Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku
ingin sekali menimang cucu” kata ibuku. ” Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang
cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?” sahut Raihana sambil menyikut lenganku,
aku tergagap dan mengangguk sekenanya.
Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura
kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan
atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku.
Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana
hamil. Ia semakin manis.
Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan
kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga
Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya” Mana
tanggung jawabmu!” Aku hanya diam dan mendesah sedih. ” Entahlah, betapa sulit aku
menemukan cinta” gumamku.
Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana
minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan
permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh dari kampus
tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal
dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, ” Mas untuk menambah biaya kelahiran
anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal,
no.pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita”.
Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari Aku tidak bertemu
dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja
aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya.
Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.
Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan.
Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntahmuntah,
menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada
Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati
masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi
tubuhku dengan selimut. Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun
jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya
dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak
meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.
Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat
tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab.
Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang
dengan beliau tentang mesir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi,
seorang dosen bahasa arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan
satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. “Apakah kamu sudah
menikah?” kata Pak Qalyubi. “Alhamdulillah, sudah” jawabku. ” Dengan orang mana?. ”
Orang Jawa”. ” Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak
saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak
santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?”. “Pernah, alhamdulillah dia sarjana
dan hafal Al Quran”. ” Kau sangat beruntung, tidak sepertiku”. ” Kenapa dengan Bapak?” ”
Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu,
tentu batinku tidak merana seperti sekarang”. ” Bagaimana itu bisa terjadi?”. “
Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dan karena terpesona dengan
kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, Saya seorang anak tunggal dari
seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Disana saya bersama
kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun
pertama saya lulus dengan predikat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari
Indonesia.
Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal
menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak
pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis
secantuk itu. Saya bersumpah tidak akan menikah dengan siapapun kecuali dia. Ternyata
perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil
membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan
dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua.
Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, samasama
menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al Azhar yang hafal Al
Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan Yasmin yang awam
pengetahuan agamanya. Tetapi saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang
tinggi saya berhasil menikahi Yasmin.
Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir. Perabot rumah yang mewah,
menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S1 saya kembali ke Medan, saya minta agar
asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. Kami langsung membeli rumah yang
cukup mewah di kota Medan. Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap
tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi
semua yang diinginkan Yasmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak
kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta Yasmin untuk
berhemat. Tidak setiap tahun tetapi tiga tahun sekali namun Yasmin tidak bisa.
Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi. Sawah terakhir
milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali
saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan
istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya
tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengen rendang, saya harus ke
warung. Yasmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia.
Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya. Jika ada
sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang
lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta Yasmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak
mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya.
Sepupunya mendapat suami orang Mesir.
Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan
kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka
menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin
saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut.
Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir
itulah puncak tragedy yang menyakitkan. ” Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia,
aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir”. Kata
Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di
KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya
sudah meninggal.
Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena
tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah
tak satupun keluarganya yang membelaku. Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim
surat yang berisi berita bohong.
Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari
Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat
sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang”.
Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya
menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa
sudah dua bualn aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati.
Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah
pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti
dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala didindingnya.
Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan
bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan
tabungannya.
Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya
untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia
tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke
kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal. Dibawah kasur
itu kutemukan kertas Merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini,
rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta
istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong. Dengan rasa takut kubaca surat
itu satu persatu. Dan ya Rabbii ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang
selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya
akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya
Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya .. Allah, ia tetap setia
memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya.
Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.
“Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb.
Telah muliakan hamba dengan Al Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini,
niscaya hamba sudah terperosok kedalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan
kesabaran dalam diri hamba” tulis Raihana.
Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa” Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda
dan dosa kembali datang mengetuk pintumu, melabuhkan derita jiwa ini kehadirat-Mu. Ya
Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa
begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa
cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku
padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini
cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku.
Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya. Cukup
hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap
menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya.
Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah
rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah
dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha
Suci Engkau”.
Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku
meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan
teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut,
tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan
haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angina sejuk yang turun dari langit dan merasuk
dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang
datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam
hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya.
Segera kukejar waktu untuk membagi Cintaku dengan Raihana.
Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang
jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan
nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan
menangis tersedu- sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. ” Mana Raihana Bu?”. Ibu
mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi.
” Raihana…istrimu. .istrimu dan anakmu yang dikandungnya” . ” Ada apa dengan dia”. ” Dia
telah tiada”. ” Ibu berkata apa!”. ” Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh
di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat.
Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan
kekhilafannya selama menyertaimu.
Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan
tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya” .
Hatiku bergetar hebat. ” kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?”. “
Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu
di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang
mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami
tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami
sangat sedih, Jadi Maafkanlah kami”.
Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta
Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika
aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi
kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah
menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira.
Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa.
Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana.
Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin
Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua ……..



Sumber :
Buku : Pudarnya Pesona Cleopatra ( Novel Psikologi Islam Pembangun Jiwa )
Karangan : Habiburrahman El Shirazy ( Penulis Novel best seller Ayat-ayat cinta)

sinopsis sang pemimpi

SINOPSIS SANG PEMIMPI


Karya : Andrea Hirata



Oleh : tony

Dalam tugas akhir semester ke dua fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, program studi bahasa dan sastra indonesia angkatan 2008e.

Universitas PGRI Ronggolawe Tuban

(UNIROW TUBAN)

Judul : Sang Pemimpi

Pengarang : Andrea Hirata

Tahun terbit : 2008

Jumlah halaman : 288

Cover : Di halaman cover depan ada warna putih dan biru dan juga sedikit warna hitam. Ada sebuah jembatan yang sangat panjang menuju kelangit, diujung jembatan itu ada seorang laki-laki sedang duduk sambil memandang keatas dengan memakai pakaian serba hitam, ini menggambarkan seorang yang pantang menyerah walau dengan keadaan sangat sulit sekalipun. Dibawah jembatan itu ada air dan kabut putih yang akan menenggelamkan laki-laki itu kalau saja dia tidak berani bermimpi dan tidak berani mewujudkannya dengan segenap tenaga.

PENOKOHAN DAN PERWATAKAN

Tokoh Utama.

1. IKAL : Seorang pelajar SMA yang selalu ingin tahu, pintar, berambut ikal, sedikit nakal, dan kadang-kadang bersikap pesimis.

2. ARAI : Seorang pelajar SMA teman sekelas ikal, tapi ia sudah tak mempunyai kedua orang tua sejak kelas 3 SD, ibunya meninggal bersama adiknya saat dilahirkan, kemudian disusul ayahnya. Setelah itu dia dipungut oleh keluarga ikal yang masih saudara jauhnya. Arai adalah tokoh sentral dari cerita ini, dia adalah seorang pemimpi, cerdas, tak mudah menyerah dengan keadaan, dan selalu bersikap optimis, semua akan dilakukannya demi mendapatkan apa yang dia impikan. ‘‘Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimipi-mimpi itu’’, begitulah prinsipnya.

3. JIMBRON : Adalah teman arai dan ikal, kakinya panjang sebelah, dan kalau berbicara gagap. dia adalah yang paling menyedihkan diantara kedua temannya dan juga penakut. Selain itu dia juga suka menolong kedua temannya. dan dia memiliki obsesi yang begitu besar untuk memiliki kuda, itu di sebabkan oleh pengalaman masa lalu saat ayahnya sakit dan tak tertolong karena terlambat di bawa ke puskesmas, dia berfikir kalau saja waktu itu mempunyai kuda, ayahnya pasti dapat tertolong. padahal didesanya belum ada orang yang memelihara kuda, akibatnya ia sering diejek oleh kedua temannya. Tapi dia selalu sabar dan ingin membuktikan kepada kedua temannya bahwa ia bisa memiliki kuda, atau paling tidak bisa memelihara kuda milik orang lain.

Tokoh Pembantu.

1. PAK JULIAN ICHSAN BALIA : Adalah kepala sekolah SMA Negri Bukan Main, sosok yang kharismatik, mengajar bahasa dan sastra Indonesia. Dia seorang kepala sekolah yang tak kenal kompromi, walau dibujuk wali murid akan diberi apa-apa demi anak-anaknya yang nilai NEM-nya kurang dari 42 agar bisa diterima di SMA yang ia pimpin, ia tetap tegas menolak, walaupun dia anak wakil kepala sekolah itu sendiri. Ia sosok pimpinan yang langka yang masih memegang teguh idealisme.

2. PAK MUSTAR M. DJAIDIN : Adalah wakil kepala sekolah di SMA Negri Bukan Main, dia seorang guru biologi yang menakutkan bagi murid-muridnya, menegakkan disiplin dengan cara kekerasan, dia frustasi berat karena anaknya sendiri tidak masuk sekolah yang telah lama dirintisnya, gara-gara nilai anaknya kurang 0,25 padahal syarat masuk sekolah itu jumlah NEMnya harus minimal 42, sedangkan nilai NEM anaknya hanya 41,75. Namun di balik tampilannya tersebut ia adalah sosok pendidik yang baik dan patut di contoh.

3. NYONYA LAM NYET PHO : Nyonya pho bertubuh tinggi besar. Rambutnya tebal, disemir hitam pekat dan kaku seperti sikat. Alisnya seperti kucing tandang. Bahunya tegap, dadanya tinggi, dan raut mukanya seperti orang terkejut dan juga ia bertato, bergambar naga menjalar dari punggung sampai kebawah telinga, serta bengis, tega, sok kuasa, dan tak mau kalah. Nyonya pho adalah keturunan prajurit HUPO, ketua preman pasar dan juga memiliki gudang ikan dan pengusaha 16 perahu motor, dan mempunyai ratusan anak buah pria bersarung yang hidup diperahu. Dia adalah seorang yang memungkinkan berbagai hal sebagai objek untuk bisnisnya, dia juga orang melayu pertama yang membuka peternakan kuda.

4. ZAKIAH NURMALA : Adalah seorang gadis yang cerdas, berwajah cantik dan mempesona. Oleh karena itu dia dijuluki kembang SMA oleh teman-temannya. Banyak cowok-cowok yang naksir padanya. Terutama Arai.

5. LAKSMI : Adalah gadis yang ditinggal mati oleh seluruh keluarganya dalam kecelakaan perahu yang terjadi beberapa tahun lalu dan hanya dia yang selamat. Setelah kejadian na`as itu ia menjadi seorang gadis pemurung dan jarang sekali tersenyum. Dia dipungut oleh seorang tionghoa tongsan pemilik pabrik cincau dan ia bekerja disitu. Walaupun begitu Jimbron tetap menyukainya dan selalu berusaha membuatnya tersenyum kembali.

6. BANG ZAITUN : Adalah pria flamboyan yang kondang dalam dunia persilatan cinta. Orangnya humoris dan senang bicara, persis penyiar radio. Dandanannya nyentrik tipikal orang musik. Ikat pinggangnya dari besi berbentuk gitar, motif bajunya tuts-tuts piano, celananya cutbrai, jari-jarinya bertaburan cincin batu akik besar-besar. Kedua gigi taringnya diganti dengan gigi emas putih. Jika bicara selalu sambil tertawa, walaupun tak ada hal yang lucu. Serta memiliki empat orang istri serta mempunyai grup orkes melayu. Dialah yang mengajari Arai dan Ikal tentang masalah cinta.

7. PENDETA GEOVANNY : Seorang pendeta yang sangat bertolenransi terhadap agama. Lemah lembut dan tidak memaksakan kehendak, Dia yang merawat jimbron setelah ditinggal mati orangtuanya. Ia Merawat jimbron layaknya anaknya sendiri. dan tak pernah terlambat mengantarkan jimbron pergi ke masjid untuk mengaji.

8. ODJI DAHROJI : Adalah mandor ikal saat ia bekerja dikantor pos, dia sudah bekerja selama dua puluh tahun,berperawakan tinggi besar, rambutnya lurus kaku, wajahnya keras dan kumisnya baplang. Tapi dibalik tampilannya yang begitu garang ia adalah seorang yang ramah, suaranya kemayu , halus lembut seperti putri keraton.

9. TAIKONG HAMIM : Seorang guru ngaji di masjid Al-ikhsan, di kampung gantung. Di kenal sebagai sosok yang sering memberlakukan hukuman-hukuman fisik kepada anak-anak yang melakukan kesalahan.

10. A KIUN : Gadis hokian penjaga loket bioskop.

11. PAK CIK BASMAN : Seorang tukang sobek karcis di sebuah bioskop yang berada di depan kontrakan Arai, Ikal dam Jimbron.

12. A SIONG : Pemilik toko kelontong yang di gunakan Arai dan Ikal saat berselisih soal penggunaan tabungan.

13. NURMI : Anak mak cik maryamah, umurnya sebaya dengan Arai dan Ikal, ia sangat menyukai biola dan juga pandai memainkannya. Biola itu barang satu-satunya yang masih beharga di dalam keluarganya.

14. MAK CIK MARYAMAH : Adalah ibu nurmi, dia tidak lagi di beri nafkah oleh suaminya karena selalu melahirkan anak perempuan.

SINOPSIS.

Kisah ini dimulai dari tiga orang sahabat, mereka adalah arai, ikal, dan jimbron. Ketiga orang tersebut berjuang mati-matian demi mendapatkan pendidikan,untuk mendapatkan semua itu tidak mudah, mereka harus bekerja sambil sekolah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Layaknya para remaja yang menginjak masa pubertas mereka selalu ingin tahu dengan apa yang baru dilihatnya. Keingintahuan tersebut harus dibayar mahal ketika mereka tertangkap basah melakukan sesuatu yang dilarang oleh peraturan sekolahnya. Banyak kejadian-kejadian lucu dan menegangkan yang mereka alami, mulai dari melarikan diri ketika terlambat mengikuti upacara setiap hari senin sampai tertangkap basah ketika menonton bioskop yang menjadi larangan keras disekolahnya. Tapi keingintahuan tersebut tidak hanya berdampak negatif, itu juga memberi dampak positif bagi perjalanan hidup mereka.

Pak Balia adalah sosok yang mempesona bagi arai dan ikal dan teman-temannya, guru yang mencintai profesinya, guru sastra di SMA Bukan Main, kata-katanya menjadi penyemangat bagi murid-muridnya. Ia adalah seorang guru sastra yang kreatif ketika membicarakan tentang laut, tentang deburan ombak dan tentang seluk-beluk kehidupan.

“Setiap peristiwa di jagat raya ini adalah potongan-potongan mozaik. Terserak di sana sini tersebar dalam rentang waktu dan ruang-ruang. Namun, perlahan-lahan ia akan membentuk sosok seperti montase Antonio Gaudi. Mozaik-mozaik itu akan membangun siapa dirimu nanti. Lalu apa pun yang kaukerjakan dalam hidup ini, akan bergema dalam keabadian. Maka berkelanalah di atas muka bumi ini untuk menemukan mozaikmu”. Teriak pak balia ketika menyemangati murid-muridnya.

“Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Perancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Di sanalah orang belajar science, sastra dan seni hingga mengubah peradaban.”

Dahsyatnya kalimat-kalimat yang keluar dari mulut pak Balia itu membuat Arai dan Ikal terpompa semangatnya untuk bisa sekolah ke Perancis, ingin menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbone, ingin menjelajahi Eropa sampai Afrika. Cita-cita yang sangat tinggi bagi anak orang melayu miskin yang tinggal di pedalaman, seakan-akan cita-cita itu hanya impian saja. Tapi di depan tokoh karismatik seperti pak Balia, semuanya seakan mungkin.

Sore itu ada seorang ibu dan membawa anaknya, ibu itu bernama Maryamah dan anaknya bernama Nurmi. Anak beranak itu datang kerumah ikal untuk meminjam beras, itu di lakukan karena dia sudah tidak lagi di nafkahi oleh suaminya, di sebabkan karena selalu melahirkan anak perempuan. Mak cik Maryamah datang dengan membawa sebuah biola, karena itu adalah satu-satunya barang berharga yang di milikinya, inginnya menukar biola itu dengan beras tapi ibunya ikal tidak tega melihat Nurmi berpisah dengan biolanya. Karena biola tersebut adalah warisan kakeknya yang menjadi ketua musik gambus, dan Nurmi adalah pemain Biola yang berbakat.

Tanpa disadari Arai mempunyai rencana besar untuk mak cik Maryamah, dia rela memecahkan celengan ayam jago milknya dan milik Ikal. Arai sengaja merahasiakan dulu rencananya tersebut. Karena Ikal tidak tahu rencana Arai, Ikal sampai ribut di sebuah toko kelontong milik A kiun tempat Arai membeli terigu dan bahan-bahan lain. Dan perkelahian pun tidak terelakkan lagi, sampai-sampai barang di toko kelontong itu berantakan. Akhirnya perkelahian keduanya berakhir, setelah tahu kalo sudah membuat berantakan toko milik A kiun.

Setelah mendapatkan bahan yang di inginkan, Arai dan Ikal bergegas kerumah mak cik Maryamah, dan ternyata Arai memiliki rencana yang mulia yaitu menyuruh mak cik Maryamah membuat kue dan dia dan Ikal yang akan menjualnya. Ikal pun sangat setuju sekali dengan rencana Arai tersebut. Akhirnya mak cik Maryamah tidak lagi pontang-panting meminjam beras, karena ia sudah memiliki pekerjaan.

Masa remaja memang masa yang berapi-api, Arai, Ikal dan Jimbron selalu ingin tahu dengan apa yang mereka lihat, termasuk saat mereka melihat gambar poster sebuah film di bioskop yang berada tepat di depan los kontrakan mereka. Gambar poster itu memang membuat jiwa remajanya menjadi penasaran, ya seperti remaja lain, mereka melihat gambar di poster itu adalah gambar seorang perempuan seksi yang hanya menggunakan bikini bewarna merah sambil menggendong anjing pudel. Rasa keingintahuan mereka harus di bayar mahal ketika mereka tertangkap basah sedang asik menonton film murahan itu, sedang yang menangkap mereka adalah pak mustar gurunya yang sudah lama memendam rasa dendam kepada mereka saat mereka bersembunyi di dalam peti, ketika mereka melarikan diri saat terlambat mengikuti upacara.

Pak mustar lalu menyiapkan rencana untuk menghukum mereka bertiga, serta melampiaskan rasa dendamnya selama ini. Tepat hari senin di saat upacara bendera salesai, mereka digiring ke lapangan di suruh memerankan kembali apa yang mereka lihat di bioskop tempo hari. Betapa malunya mereka ketika semua siswa guru dan staf tata usaha melihat mereka memainkan kembali adegan di film murahan itu. Semua orang tertawa melihat arai, jimbron dan ikal berperan sebagai anjing pudel, majikan dan pembantu seksi., yang pembatunya sedang lari mempertahankan diri ketika akan di perkosa oleh majikannya.

Setelah kejadian tersebut, membuat ikal menjadi lebih dewasa, tapi perubahan dari remaja ke dewasa itu tidak mudah untuk di lalui. Ia menjadi pesimis dengan masa depannya, itu di sebabkan kerena dari kebiasaan masyarakat setempat, buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya hanya berakhir menjadi kuli, atau berakhir menjadi pembantu di warung makan. Bayang-bayang tersebut selalu menghantui dalam setiap langkahnya, sampai menyebabkan prestasinya di sekolah menurun. Hingga ia harus bergeser dari bangku depan ke bangku No. 75. Itu membuatnya menyesal dengan apa yang ia lakukan selama ini, dalam penyesalannya tersebut arai memberikan semangat kepada ikal, “Apa yang terjadi denganmu, Ikal?? Mengapa jadi begini sekolahmu? Kemana semangatmu itu?? Mimpi-mimpi itu??”.

“Biar kau tahu, kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu!!”. Semangat arai sangat membakar hati ikal.

“Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati…” Suara arai kembali membentak ikal.

“Mungkin setelah tamat SMA kita akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi di sini Kal, di Sekolah ini, kita tak akan mendahului nasib kita!!”

Mendahului nasib, adalah dua kata yang menjawab kekeliruan ikal dalam memaknai arah hidupnya. Pesimistis tak lebih dari sikap takabur mendahului nasib.

Ikal terbakar semangatnya ketika arai berteriak dengan suaranya yang lantang.

“Kita lakukan yang terbaik di sini!! Dan kita akan menjelajahi Eropa sampai ke Afrika!! Kita akan sekolah sampai ke Perancis !! Kita akan menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbone! Apa pun yang terjadi!!!”

Ikal kembali tersadar dari keterpurukannya selama ini, ia sadar kalau apa yang di lakukan selama ini adalah salah, dan akan membawanya ke jurang penderitaan lebih dalam jika ini terus berlanjut.

Siang itu Ikal membawa kabar yang mengejutkan kepada Jimbron, kabar yang akan membuat tubuhnya kaku seperti kesetrum. Kabar itu adalah bahwa Capo Lam Nyet Pho akan memelihara kuda, betapa terkejutnya Jimbron mendengar kabar tersebut, sampai-sampai tubuhnya kaku seperti kesetrum. Akhirnya impiannya selama ini untuk melihat kuda kesampaian juga, dan dengan otak Arai yang cemerlang, diam-diam ia membujuk Capo untuk meminjamkan kudanya sebentar untuk di tunggangi Jimbron. Tanpa pernah belajar sedikitpun untuk menunggangi kuda, Jimbron bisa menunggangi kuda tanpa kesalahan, diapun langsung memperlihatkan kebolehannya tersebut kepada Laksmi gadis pujaanya, dan tanpa di duga sebelumnya, gadis yang selama ini tidak pernah tersenyum itu akhirnya tersenyum juga, setelah melihat aksi Jimbron menunggangi kuda dengan aksi yang menakjubkan.

Arai adalah sahabat sejati bagi Jimbron dan Ikal, ia selalu membantu kedua temannya tersebut. Tapi kali ini dia sungguh menderita, bagaimana tidak, ia sudah mencintai Zakiah Nurmala sejak awal pendaftaran di SMA Bukan Main dulu. Tapi apa yang terjadi, cintanya itu tidak seperti apa yang ia bayangkan. Cintanya bertepuk sebelah tangan dan bahkan lebih dari itu, lebih menyedihkan dari cinta yang tak di restui orangtua, cinta yang terpisah pulau dan samudra, atau cinta yang di tinggal nikah oleh pasangannya karena suatu hal, semua masalah cinta kan masih ada rasa saling mencintai antara kedua pasangan tersebut. Tetapi cintanya arai tidak pernah mendapatkan sambutan dari Nurmala dan cintanya itu di acuhkan.

Bukan Arai namanya kalau menyerah begitu saja dengan keadaan, dengan di bantu Ikal ia pergi kerumah bang Zaitun untuk meminta wejangan mengenai masalah cinta yang sedang ia hadapi sekarang. Bang Zaitun memang ahli mengenai cinta, istrinya saja hampir 5 orang dan pacarnya sekitar 57 oarang, ia adalah pimpinan orkes melayu pasar belok kiri. Setalah mendapatkan resep cinta dari bang Zaitun, Arai langsung mempraktekannya, tapi kali ini ia masih gagal. Dan usahanya yang kedua bisa membuat Nurmala tersenyum bahagia.

“Nurmala adalah tembok yang besar dan kuat kal, dan semua usaha ku ini bagaikan melempar Lumpur di tembok itu, memang tak akan roboh dengan lemparan lumpur tersebut, tapi Lumpur itu akan selalu menempel di situ dan akan selalu di ingatnya.” Ucap Arai kepada Ikal. Suatu rasa optimis yang begitu tinggi walaupun sering di tolak oleh Nurmala, Arai tetap yakin kalau cintanya nanti akan berbuah manis.

Setelah lulus dari SMA Arai dan Ikal merantau ke pulau jawa, mencari pekerjaan sambil kuliah. Jimbron tidak ikut merantau ke jawa bersama Arai dan Ikal, karena ia sadar kalau ia tak sepintar Arai dan Ikal, di samping itu ia juga sudah dapat pekerjaan yang sudah lama di impi-impikannya, yaitu sebagai peternak Kuda di peternakan Kuda milik Nyonya Pho.

Di Bogor Ikal mendapatkan pekerjaan di kantor pos. Lalu Arai merantau ke Kalimantan bersama temannya, di sana ia bekerja di pabrik jewelry. Ikal kuliah di UI jurusan ilmu ekonomi dan Arai kuliah di Universitas Mulawarman jurusan Biologi, keduanya lulus cum laude.

Arai dan Ikal ikut tes beasiswa S2 keluar negri. Setelah menjalani tes, keduanya pulang ke Belitong, sambil menunggu hasil pengumuman. Disana mereka berdua di sambut hangat oleh sahabat lamanya, yaitu Jimbron, dia sudah menikah dan punya anak. Istrinya adalah Laksmi, gadis pujaannya.

Setelah berhari-hari menunggu surat pengumuman dari tukang pos, akhirnya sore itu datang juga tukang pos sambil membawa dua buah surat. Arai dan Ikal tegang sekali ketika akan membuka isi surat tersebut. Ternyata apa yang telah di yakini mereka berdua selama ini adalah do`a yang selalu di ucapakan dalam setiap langkah, dalam setiap usaha dan setiap potongan kehidupan mereka berdua. Tuhan telah memeluk mimpi-mimpi mereka dan menumpahkannya pada sore itu, sore yang indah, ketika mereka membaca kalau mereka berdua di terima, dan di surat itu tertulis nama Universitas yang menerima mereka berdua, Universite de Paris, Sorbone, Prancis.



PESAN MORAL.

Bagaimanapun keadaan kita, sesulit apapun itu, semuanya bukan menjadi penghalang untuk bisa maju dan meraih pendidikan setinggi-tingginya. Keyakinan yang begitu besar dan do`a yang di sertai dengan usaha keras akan menjadi buah manis di akhir cerita. Itu semua sudah di buktikan oleh Arai, Ikal dan Jimbron. Betapa dahsyatnya kekuatan mimpi-mimpi itu, itu juga bisa membuktikan kalau Tuhan itu ada dan Dia yang mengatur alam semesta beserta mahkluknya, memang takdir ada dan terus berjalan, tapi perjuangan harus tetap di lakukan karena takdir tidak bisa menunggu dan harus di cari, Kita sebagai manusia tidak boleh mendahului nasib. Karena di setiap potongan-potongan kehidupan itu saling berkaitan dengan apa yang telah kita kerjakan di waktu lampau, seperti kata orangtua dulu, tanamlah padi maka akan tumbuh padi, tak mungkin nanti padi itu akan tumbuh menjadi rumput. Setiap perbuatan baik akan berbuah baik dan setiap perbuatan buruk akan berbuah buruk. Jadi teruslah bermimpi karena Tuhan akan selalu memeluk mimpi-mimpi itu.