Kamis, 29 Maret 2012

Puisi-puisi Thoni Mukharrom I.A. terbit di Sumut Pos edisi 25 maret 2012

Puisi-puisi Thoni Mukharrom I.A. terbit di Sumut Pos edisi 25 maret 2012




Berita Duka

Pagi ini aku membaca berita duka di koran. Banyak yang mengucapkan, dari partai politik sampai toko swalayan. Tak lupa ada sisipan iklan. Kasihan, sang poto terduka dihimpit logo si pengucap. Dua halaman penuh. Karangan bunga berhimpit pula di rumahnya. Di balik air mata, mereka seperti ingin berpesta. Atau aku yang salah baca.

5 Maret 2012







TENTANG JARAK, RUANG DAN WAKTU



ingin aku menajamkan mata

melihat kamu yang berumah bayang

di balik kabut ruang

memanggilku dengan rasa



kalaulah jalan adalah rumah yang kejam

mengapa setiap pertemuan selalu di jalan

tempat kita tahu bagaimana mencintai hujan

di malam dingin penuh hitam



sejak kutahu bahwa malam akan selalu hitam

dan pagi tak benar-benar terang

aku pikir, duniakah yang sekejam ini?



berbaris bangkaibangkai peradaban

katakata menyuarakan keadilan

namun kau tak benarbenar baring di pangkuku, sayang

datanglah, malam ini aku sangat rindu padamu, pada suaramu, pada bayangmu

pada rindu itu sendiri, pada ketidakpedulianmu


mungkin kau tak akan pernah suka puisi

tapi aku akan tetap membuatnya

karena ini akan menemani akukamu

dalam jarak dan rindu yang syahdu.



Feb, 29022012



Di Sungai Bagan dan Seorang Kasih yang Enggan Dikisahkan



Harum dupa menggerogoti napas, disela-sela bisikan orang yang lelah menganakkan airmata.

Dengan memberi kepulan asap, kau datang, sayang.

Lilin merah telah dinyalakan. Senja luluh di balik gunung di ujung lautan. Perahu bergoyang, meriak ombak hidup--yang semakin memuakkan.

-di tubuhku tersimpan rumah tua dengan lumut yang tak mampu mengalamatkan kapan ia didirikan-

jejak, sajak dan prenjak menyanyikan damai yang hanya ada di mimpi manusia. Datanglah kau kasih dengan senyum pegawai swalayan, membisikiku kisah. Kisah yang tak ada pendengaran mampu mendengarkan, kecuali dengan kesedihan.

Malam mulai menelanjangi perawan yang kemalaman di jalan. Daun ditumbuhi embun, menceritakan betapa bara tadi siang. Dan kau masih berbisik. Memaksaku mendengarnya. Memaksaku menelannya. Hingga bocor air yang kusimpan di ujung mata.


Lasem, 24022012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar