Selasa, 06 September 2016

Debu Depan Rumah

Jika malam terlalu menusuk
Pejamkan matamu dalam dekapan
Bantal biar ia tak beku
Lalu ingatlah aku
Dalam rajutan sepi dan barisan puisi

Paru paru telah disesaki rupa rupa debu
Bukit kapur telah hilang dimasukkan karung
Sedang aku harus melihatnya
Tanpa bisa berbuat apa apa
Kecuali merawat pohon kersen depan rumah
Biar angin betah berada di bawahnya

Betapa sakitnya tak berada di sampingmu
Betapa kejamnya rindu
Yang selalu kuhirup bersama debu
Lalu menyisakan bayangmu

Kupingku sakit
Mendengar suara truk yang tiada henti hentinya berlalu lalang di kepala
Jalan aspal rusak dan berlubang
Seperti hatiku saat kau pergi bersama
Lelaki busuk beberapa hari lalu

Tiada lagi yang mesti kuharapkan
Semua telah pergi
Menjauh setelahku jatuh
Dan aku harus melihatnya
Bersama kamu
Rindu yang menyaru debu

Senin, 05 September 2016

Begitu Juga Rindu

Begitu Juga Rindu

pantai telah penuh plastik jalan berlubang dan debu menyebar
segala janji menumpuk di pengepul rongsokan

pantai penuh kotoran
bau ikan kering dan bangkai tikus
bergelimpangan

angin musim panas begitu kering
dingin namun panas suaranya keras
pohon waru mendadak layu
begitu juga rindu

seperti menunggu antrian di kantor pemerintah mengurus identitas
dengan petugas berwajah judes
berbalik dengan petugas bank atau pegawai swalayan

begitu juga rindu
ia datang tak pandang waktu
seperti deburan ombak yang tiba-tiba
membasahi kaki lalu hati

begitu juga rindu
melayang-layang
dalam bayangan
tumbuh dalam ingatan

Jumat, 02 September 2016

Tahun-tahun kenangan


Tahun tahun Kenangan

bulan tenggelam di tengah malam
hujan menyambar daundaun penuh debu
suara rintik berirama mengantarkan ke masa lalu

pada kenangan ke berapa aku selalu teringat
tahun tahun berlalu secepat kilat
usia tak terasa sudah begitu renta
seperti sebatang pohon mangga tua tinggal ranting kering tak menerbitkan buah

pernah kurangkai mimpi setinggi tiang bendera
telah menguning dimakan waktu
tak pernah berkibar
hanya terongok lesu dalam lipatan di lemari

detik jam dinding semakin keras
keriput kulit dan putih rambut
menandakan betapa waktu mengambil segalanya
yang terus berputar dan berganti

namun selama cinta masih di hati
sesaat akan terasa abadi